• Home
  • Github
  • Medium
  • Youtube
  • Donate
instagram twitter facebook
Bunder Ontheway
  • Home
  • Story
    • Diary
    • My Story
    • 100 Hari Nulis
    • Cerpen (Soon)
  • Others
    • Youtube
    • Medium
    • Podcast
      • Podcast Hembus Resah
      • Podcast Setengah SKS
      • Podcast Sawo Mateng
    • Karya Karsa
  • Encyclopedia (Soon)
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Bisnis
    • Life Style
    • Fashion
  • Donate

Tidak semua rumah punya meja makan, termasuk di rumah gua (pada saat itu). Sekarang sudah ada meja makan, walau seinget gua fungsinya sebagai meja tempat naruh lauk dan nasi biar ga di dapur. Tapi, ketika makan engga di meja makan. Gua tipe yang lebih suka lesehan dan tangan kiri pegang piring instead of harus makan di meja makan. Setelah gua pikir lagi, mendapatkan behavior itu karena seinget gua di rumah gua engga pernah ada meja makan yang berfungsi sebagai meja makan.

Photo by Ali Inay on Unsplash

Kalo pun pernah ada momentnya kayanya sedikit banget sampe itu ga kerekam jelas di core memori gua. Tapi sebenernya perlu ga sih ada meja makan? Ini terdengar seperti konten atau tulisan soal interior yak, padahal bukan. Awalnya gua ngerasa meja makan itu useless, dan pikiran gua seperti itu karena kebiasaan dari kecil yang kalo makan yah engga di meja makan. Dulu di rumah waktu masih ada TV (sebelum jaman nya youtube lebih dari TV), gua selalu menghabiskan makan di depan TV, seinget gua kayak gitu dan hampir setiap hari kayanya makan selalu sambil nonton TV.


Kayanya banyak juga generasi yang seangkatan sama gua kayak gitu, makanya sekarang ketika beranjak dewasa sebelum makan harus nyari konten yang bisa di tonton biar bisa makan sambil nonton. Rasanya kayak balita yang kalo makan ga sambil nonton akan rewel, nangis, dan marah - marah. Padahal kalo dipaksa sebenernya bisa juga kok makan tanpa perlu liat hape, tanpa perlu liat konten di TV ataupun youtube dan netflix.


Setelah gua pikir - pikir lagi, meja makan menurut gua itu perlu biar kalo makan yah di meja makan sesuai fungsinya. Selain itu juga untuk melatih ga ada handphone atau gadget ketika lagi makan. Makan yah fokusnya makan, trus habis makan biasanya minum dan nunggu makanan nya turun. Selama itu kayanya juga harus no gadget dan menyediakan waktu ngobrol sama keluarga. Kayanya yah, itu yang perlu dibikin, biar tidak interaksi hanya melalui gadget dan share konten ke dm atau menyalakan api kalo di tiktok.


Tapi kan gaperlu ada meja makan biar objective itu bisa tercapai? iya, itu benar. Tapi meja makan menurut gua bisa menjadi tempat sakral yang orang di keluarga bener - bener fokus untuk ngobrol ataupun makan. Ada dedicated place nya untuk tidak bermain gadget.


Gua gatau apa point nya, tapi intinya gitu lah ya, meja makan penting aja untuk goals itu tercapai. Selain itu menurut gua kembali lagi aja ke masing - masing, karena kayanya harga beli satu set meja makan bisa buat beli kulkas wkwk, maklum kaum mendang - mending.

0
Share

Pertanyaan yang timbul dari gua sendiri kepada diri gua sendiri tentang mengapa gua masih berusaha untuk tetap konsisten nulis di blog ini, tentang kenapa gua masih tetep untuk posting tulisan yang berbeda lagi di instagram (walau kadang isinya tulisan di blog dengan versi yang lebih rapi) walaupun tulisan gua di blog yang baca sedikit, tulisan gua di IG juga yang likes sedikit.


Jawaban nya sesimpel karena ini salah satu kehidupan yang gua inginkan dan masih perlu untuk gua perjuangkan. Gua gangerti kenapa semangat ini baru muncul sekarang, kenapa konsistensi ini baru muncul sekarang, kenapa ga dari kemarin - kemarin aja muncul kekonsistenan dan keinginan untuk mengejar kehidupan yang gua inginkan. Tapi ya, kalo mau mencari orang untuk disalahkan tentang semua ini adalah diri gua sendiri, tentang kenapa ga mulai dari awal, kenapa harus males dulu, kenapa harus takut kalo misal traffik nya jelek, padahal memang bukan siapa - siapa, dan trafik yang jelek adalah hal yang wajar.


Photo by Rosie Kerr on Unsplash

Tulisan gua juga ga sebagus itu juga menurut gua, tapi ya kalo ga dilatih dari sekarang gimana bisa tulisan gua jadi lebih rapi, jadi lebih baik. Mengorbankan waktu istirahat sepulang kerja yang harusnya jam segini mungkin gua udah tidur, tapi gua memutuskan untuk tetap menulis karena ini adalah kehidupan yang gua inginkan. Belum menghasilkan, tidak tahu ujungnya akan kemana, tapi setidaknya gua masih berusaha untuk mewujudkan apa yang gua inginkan. Gua adalah orang yang beda dari 4 - 8 tahun kemarin, atau mungkin 20 tahun terakhir, karena keinginan untuk jadi penulis atau novelis atau storyteller adalah hal yang gua inginkan sejak kecil, sampe saat ini secara konsisten keinginan gua sama, tapi usahanya baru muncul sekarang.


Sedih? jelas. Kecewa? pasti, tapi setidaknya sedih dan kecewa gua masih di usia yang produktif, di usia yang masih bisa bekerja keras. Walau sudah berkeluarga, gua masih tetap berusaha mengejar mimpi ini, gua nulis ketika istri gua sudah tidur, bukan berarti karena gua gamau tulisan ini dilihat istri (karena dia juga bisa baca kapanpun), tapi karena gua gaingin waktu gua bersama keluarga jadi korban untuk mimpi yang masih belum jelas ini. Itungan nya ini masih berjudi karena yah memang belum pasti, ini penjudian yang halal kayanya karena gua cuman perlu melatih diri gua untuk tetap menulis setiap harinya di kondisi apapun (kecuali tepar).


Tapi, alasan dasarnya gua suka sama prosesnya, dulu pun gua juga suka sama prosesnya, tapi yang membedakan adalah dulu gua gasuka sama hasilnya, gua gasuka sama ekspektasi gua yang terlalu tinggi pada saat itu sampai akhirnya gua kecewa sendiri. Kali ini gua tanpa ekspektasi apapun, eh ada sih, ekspektasinya bisa konsisten dan tulisan nya lebih terlatih, tapi apakah tulisan gua lebih baik sekarang? jawaban nya tentu saja masih belum, baru 22 kali nulis di blog, baru juga 6 atau 7 postingan di IG, mana mungkin jauh lebih baik, sedikit lebih baik mungkin di beberapa tulisan, but at least i'm trying my best.


Gua juga mengakui tulisan gua masih jelek dan berantakan, tapi semangat gua masih ada, hasrat haus gua masih ada, dan gua masih percaya kalo gua bisa. :)

0
Share
Salah satu film Indonesia yang menampilkan latarnya di korea sama seperti judulnya. Jujur gua merupakan orang yang suka dengan film Indonesia yang mengambil latar atau tempat shooting nya di luar negri. Memberikan vibes yang asik aja mungkin karena one of my dreams bisa hidup di luar negri kali ya wkwk.

Langsung saja menuju reviewnya, kalo dari trailernya film ini terasa sudah bisa ditebak alurnya tapi tetap memutuskan untuk menonton film ini karena percaya sama imajinari yang memproduseri film ini.




Ditulis oleh Meira Anastasia, yang juga penulis dari buku dan film imperfect. Di dalam film ini juga membahas isu - isu atau rasa insecurity dari sudut pandang “perempuan”. Di film ini ada 3 karakter perempuan yang bersahabat dan setiap karakternya memiliki rasa insecurity nya masing - masing. Antara insecurity atau problemsnya masing - masing yang dibahas secara detail dan menarik sih di film ini.


Drama nya juga dapet, ada dimana momen - momen penonton bioskop ketawa “geli” karena plotnya yang menurut gua dimainkan dengan rapi aja. Gua gatau kalo ini film drakor akankah segeli itu atau engga, cuman ini menarik dan sangat worth buat di tonton. Walaupun gua juga baru nonton kemarin karena baru sempet, walau di setiap film Indonesia banyak yang pasti akan masuk netflix tapi nonton di bioskop adalah salah satu cara mensupport film Indonesia yang akhir - akhir ini terlalu banyak film horor.


Walau ceritanya bagus ada hal yang membuat gua kurang nyaman ketika menonton adalah, pemotongan scene yang secara tiba - tiba. Pemotongan nya rasanya mirip kayak nonton daily vlog sebenernya, tapi mungkin kalo ga pake kaya gitu plot twist nya akan ga dapet. Tapi gua gatau karena bukan orang film dan baru pertama kali bikin review film. Mungkin cara perpindahan scene nya bisa lebih smooth, karena berasa banget. Sampe di bioskop ada yang bilang agak kenceng “lah udah gitu doang?” tapi ada penjelasan di scene selanjutnya.


Ini film yang kayak roller coaster sih naikin dan turunin mood penonton dengan tiba - tiba, dalam artian yang awalnya ketawa - ketiwi, di dalem studio tiba - tiba diem dan ikut bersimpati kepada cerita karakter nya si dhearinta ini.


Good job untuk ci Meira dan koh ernest dan teman - teman imajinari yang menggarap film ini dengan sangat keren. Gua sama istri yang nonton sampe bacain nama cast pemain nama yang jadi figuran sampai bagian iklan dan yang ikut mensponsori film ini sangat senang dan terhibur dengan film ini.


Ditunggu karya selanjutnya teman - teman dari imajinari, semoga makin bisa merajalela di perfilman Indonesia. Untuk film ini gua kasih rating 9.5/10
0
Share

Bisa memiliki mimpi atau cita - cita adalah privilege bagi sebagian orang karena tidak semua orang  terlahir beruntung untuk memiliki mimpi atau cita - cita. Ada beberapa orang yang takut untuk bermimpi, karena takut kecewa jika impian nya tidak menjadi kenyataan, ada juga yang tidak punya mimpi karena memang tipe orang yang hanya mengikuti arus saja, tidak pernah punya tujuan yang pasti.


Lalu yang mana baiknya? You do you.

Kamu yang bisa ngerti mana yang terbaik untuk diri kamu sendiri, jika kamu memang punya tujuan atau mimpi yang ingin kamu capai, ya diusahakan bukan hanya didiemin. Banyak juga orang yang punya mimpi, tapi tidak punya aksi. Mimpi tanpa aksi cuman hanya menjadi halusinasi. Semuanya butuh diperjuangkan, semuanya perlu diusahakan.


Photo by Derek Truninger on Unsplash

Tapi, tidak semua orang yang punya mimpi masih memiliki hasrat untuk mengejar mimpi nya. Biasanya mimpi atau cita - cita muncul ketika kita masih kecil karena kita merasa jika bisa mewujudkan impian kita akan merasa "keren" kayanya banyak yang gitu, salah satunya gua dan beberapa teman gua. Kenapa orang yang punya mimpi bisa kehilangan hasratnya untuk mengejar mimpi nya? Jawaban nya sesimpel sudah ditampar realita.


Tulisan ini terinspirasi dari obrolan sama temen gua, yang dia ingin banget jadi musisi, pada jaman itu jadi musisi lebih sulit daripada jaman sekarang (menurut gua) karena di masa sekarang platform - platform untuk memarketingkan musik udah bisa dibilang cukup maju dan massive. Tapi temen gua ini memutuskan untuk berhenti mengejar mimpi nya (sudah tidak ada hasrat) karena dengan perhitungan nya dia untuk mengejar career sebagai musisi itu sulit, dan lebih mudah menjadi pegawai kantoran. Bahkan dengan adanya platform yang lebih massive dan mudah juga sulit, gua setuju dengan argument nya sampai gua denger master dari musik yang sudah dia bikin cuman rilis di socmed yang gua sendiri juga gatau kalo ada platform tersebut.


Ketika gua denger lagu nya, jujur gua merasa lagu ini harusnya liris dan layak untuk di dengar banyak orang. Gua juga sempet merinding denger lagunya, bukan karena horor sih, mungkin istilah inggrisnya goosebumps kali ya. Gua mencoba untuk bilang ke temen gua ini untuk rilis aja lagunya, tanyain ke temen dia yang waktu itu ikut ngeband bareng kalo lagu nya dinaikin boleh atau engga karena menurut gua lagunya memang bagus. Menurut gua juga pada jaman itu sangat niat untuk bisa membuat musik sekeren itu sih, mungkin nanti kalo beneran jadi rilis gua akan tulis update nya.


Tapi ditengah pembicaraan gua iseng nanya "kalo misal nanti anakmu pingin jadi musisi, tapi dengan perhitunganmu yang ga masuk kalo jadi musisi, apakah akan tetap mengijinkan anakmu menjadi musisi?" lalu dia jawab dengan "Yah gapapa". Tentunya gua mempertanyakan, kenapa? Lalu di jawab dengan kalimat sederhana tapi sangat mengena "Karena aku bapaknya, dan aku akan memberikan support yang kemarin engga aku dapetin".


Gua tertampar realita lagi, kayanya banyak dari temen seangkatan gua atau diatas gua yang ga beda jauh jarak umurnya itu memutuskan untuk tidak mengejar mimpinya dan memilih jalur realita menjadi pegawai karena tidak mendapatkan support yang cukup untuk menjalani mimpinya. Sangat menyedihkan sebenernya, tapi apapun itu buat yang masih punya mimpi harapan gua adalah tetaplah berusaha untuk mewujudkan mimpi tersebut, walaupun hasilnya gaada yang tahu, setidaknya sudah pernah mencoba sekuat tenaga agar mimpi tersebut bisa terwujud.

0
Share

Salah satu proses dari pendewasaan adalah berani mengakui kesalahan, dan ketika sudah bisa mengakui kesalahan yang kita perbuat langkah selanjutnya adalah dengan cara segera memperbaiki kesalahan tersebut. Tidak langsung menghilangkan dan tiba - tiba langsung menjadi benar, tapi semuanya melalui proses, dan kamu cuman perlu menghargai setiap proses menjadi lebih baiknya.


Menurut gua banyak orang yang tidak cukup dewasa untuk mengakui jika dirinya telah melakukan atau berbuat kesalahan. Kebanyakan yang tidak mengakui karena merasa jika mengakui telah melakukan kesalahan mereka akan merasa terancam. Padahal mungkin tahu jika yang dilakukan salah, berani melakukan kesalahan tapi terlalu pengecut untuk mengakui kesalahan. Selagi kesalahan yang tidak melanggar hukum, menurut gua gapapa kok untuk mengakui kesalahan yang sudah kita buat.


Photo by Santa Barbara on Unsplash

Misalnya, salah mengambil keputusan yang seharusnya melakukan A tapi malah melakukan B. Akui saja kesalahan yang telah salah mengambil keputusan, toh masih bisa diperbaiki juga selagi masih muda. Gaada yang salah dengan mengambil keputusan yang salah, yang salah adalah tidak mau atau tidak berani mengakui kesalahan yang dibuat oleh diri sendiri. Lagian kenapa mesti takut sih?


Biasanya ya, dari beberapa temen gua yang curhat soal temen nya, orang yang tidak berani mengakui kesalahan ini cenderung menjadi orang yang anti kritik. Ketika ada orang lain memberi nya kritik dan saran supaya bisa menjadi lebih baik lagi, tapi malah baper dan sakit hati. Beda cerita kalo cara penyampaian pemberian kritik dan saran nya salah ya, tapi kalo misalnya memang bener dan baper yah menurut gua udah gabisa diselametin.


Karena temen yang beneran temen pasti akan peduli dengan keputusan salah yang diambil oleh temen nya, misalnya temen gua melakukan kesalahan, gua cukup berani untuk bilang secara langsung kalo dia salah, selagi dia tipe orang yang bisa menerima masukan, dan cukup mampu untuk mendengarkan kritik orang lain. Kalo misalnya temen gua tipe yang akan sakit hati kalo di kritik, gua lebih baik diam sih, karena yah buat apa juga? Malah memperburuk hubungan pertemanan yang sudah terjadi juga.


Proses mengakui kesalahan juga biasanya memang diawali oleh denial, tapi jika denial terus menerus nantinya akan jadi seperti tulisan gua yang sebelun nya tentang tidak akan kemana - mana. Jalan di tempat bisa disebabkan juga karena anti kritik. Setelah denial biasanya akan menuju ke arah acceptance (sudah bisa menerima kalo berbuat salah). Memang tidak mudah untuk menerima kesalahan yang sudah kita buat, tapi setelah bisa menerima nantinya akan ada di fase mengakui kesalahan. Di fase ini biasanya akan mulai mencoba untuk ber proses menjadi lebih baik lagi, dan ketika sudah tidak salah di kesalahan yang sama, akan ada di fase new habit / new character / new title kalo di game. 

0
Share

Gimana sih caranya ngerti keputusan yang kita ambil itu tepat atau engga? Atau Kapan sebenernya kita bisa tau kalo kita sudah membuat keputusan yang benar?


Mari kita sepakati dulu di awal kalo membuat keputusan bukanlah hal yang mudah, apalagi bagi orang yang penuh dengan pertimbangan dan mudah overthinking kayak gua. Sangat susah membuat keputusan yang cepat dan tepat apalagi ketika ada hubungan nya tentang masa depan seperti karir dan cinta. Kita ga pernah tau keputusan yang kita ambil itu benar atau engga, tapi yang pasti ketika melakukan pengambilan keputusan pertama kali kita akan merasa kalo itu adalah pilihan yang tepat.


Photo by Alexander Mils on Unsplash



Namun sayangnya beberapa kali gua sadar kalo ternyata pengambilan yang gua ambil itu ternyata salah dan malah berakibat buruk ke gua. Di case gua engga yang sampe kayak gimana - gimana sih, tapi lebih ke gua engga mengambil kesempatan untuk mendapatkan yang terbaik aja. Tapi bisa jadi kalopun gua mendapatkan yang terbaik, bisa aja banyak hal yang ternyata justru membuat gua lebih buruk. Jadi sebenernya gaada jawaban pastinya sih soal permasalahan ini.


Jawaban nya tidak selalu benar dan salah, tapi pilihan yang kalian ambil setidaknya adalah pilihan yang terbaik dengan kemampuan yang kalian punya ketika mengambil keputusan itu.  Misalnya kalian kembali ke 5 tahun yang lalu, dengan kapasitas yang sama seperti waktu itu, kalian pasti merasa keputusan yang kalian ambil adalah keputusan yang terbaik.


Rasa penyesalan karena salah mengambil keputusan karena kalian mendapatkan kapasitas baru setelah menjalani pilihan yang kalian ambil. Jadi jangan terlalu terjebak sama rasa penyesalan yang kalian rasakan. Tapi coba deh liat kebelakang, ke 5 tahun yang lalu itu, dengan mengambil keputusan yang mungkin dirasa salah kalian bisa sampai ke titik yang sekarang. Coba kalo mengambil keputusan yang lebih benar pasti kalian di titik yang lebih tinggi lagi (wkwk, bercanda yak). 


Menurut gua sih percuma bisa mendapatkan titik yang lebih tinggi kalo kalian ternyata belum siap ada di titik itu, karena itu akan menghancurkan diri kalian sendiri. Perumpamaan simplenya adalah anggaplah gua bisa naik tangga lipat, tapi tiba - tiba gua mendapatkan kesempatan untuk naik tangga yang bergelantungan di helikopter yang sedang terbang. Titik yang lebih tinggi kan? Tapi kalo misalnya ga siap gua akan jatuh dan menjadi seperti semangka yang hancur lebur tak karuan.


Makanya percaya aja sama jalan yang kalian ambil, memang terkadang keliatan nya salah, tapi kalo kalian bisa "connecting the dots" dan melihat kebelakang akan terlihat semuanya yang terjadi ada alasan nya dan karena itu kalian bisa sampai di titik sekarang. Ini tulisan pertama gua kayanya yang membawa agama, kalo di dalam surat di Al-Qur'an ada yang artinya kurang lebih seperti ini "Apa yang kamu anggap baik belum tentu baik untukmu, dan apa yang kamu anggap buruk belum tentu buruk bagimu, Allah Maha Mengetahui sedangkan kamu tidak" yang ada di surat Al-Baqoroh ayat 216.


So, just believe with your progress, and someday you'll reach that point, someday, I trust you.

0
Share
Jangan heran kalo diam di tempat karena ga berani mengambil langkah. Memang mengambil langkah itu bukan pilihan yang mudah, ada langkah yang keliatan aman, ada langkah yang memang kita gatau itu aman atau engga tapi langkah itu mendekatkan kita kepada mimpi yang kita inginkan. Jujur ini adalah topik favorit gua di bagian self development walaupun tulisan - tulisan gua ga berniat untuk mendevelop siapa - siapa juga.

Photo by Krisjanis Mezulis on Unsplash


Memilih jalan atau mengambil langkah menjadi penentu besar sih sebenernya dalam hal karir khususnya, karena ga semua orang berani untuk mengambil langkah berbeda, ga semua orang berani untuk mengambil resiko akan karirnya. Topik ini related sama temen gua yang sudah kurang lebih 4 tahun jadi software engineer dan tiba - tiba shifting karir menjadi scrum master / product manager. Hal pertama yang gua tanyakan ke temen gua ketika dia ambil itu adalah "Yakin? lu ga sayang sama pengalaman lu 4 tahun tiba - tiba shifting karir?" 


Temen gua menjawab kalo hal tersebut mendekatkan mimpi nya dia, karena dia di umur 30 tahun dan seterusnya udah ga pingin ngoding lagi. Which is good, mendekatkan dengan mimpi dia, sedangkan gua yang juga tertarik dengan bidang tersebut gua belum berani untuk mengambil keputusan itu. Alasan gua sesimpel karena gua masih belum bisa lihat jangka panjangnya, dan apakah itu mendekatkan kepada mimpi gua? Sekarang sih jawaban nya masih engga, dan yang mendekatkan gua ke mimpi gua adalah dengan konsisten latihan menulis ini.


Sebenernya gaada yang tau pilihan yang kita ambil itu benar atau engga, tapi selama merasa pilihan yang kita ambil mendekatkan kepada mimpi kita yaudah gas aja. Sama seperti kata Gary Vee yang pernah gua bahas di tulisan sebelumnya tentang "lu bisa mulai apapun di umur berapapun, karena lu masih muda dan lu masih punya energi dan tenaga untuk mengejar mimpi lu."


Kayanya selama beberapa hari ke depan gua akan nulis tentang hasil obrolan sama temen gua mengenai pengambilan keputusan dalam hal karir dan mendekatkan mimpi. Sebenernya cerita rumah tangga dia juga menarik, nanti coba gua ijin ke orangnya dlu kalo boleh cerita soal kulitnya aja wkwk.
0
Share
Diawali dari lelah trus ketiduran sampai akhirnya mulai muncul perasaan "malas" nulis. Apakah ini bukan yang gua mau? Bukan, ini yang gua mau, tapi memang perjalanan menuju kesana tidak mudah, tidak semulus ekspektasi. Memang kata orang realita tidak seindah ekspektasi itu benar. Tapi terlepas dari perasaan "malas" yang gua alami ini, gua masih suka sama proses menulis ini. Apalagi cita - cita gua ingin jadi penulis, sori maksudnya novelis.


Beberapa hari yang lalu, gua ada acara outing kantor yang mengharuskan untuk meninggalkan kota Jakarta sebentar, 2 hari 1 malam, ke daerah anyer. Jaraknya cukup dekat dari kota gua tinggal, yang menarik dari outing kantor ini menurut gua bukan lah kegiatan bersenang - senangnya. Gua ga terlalu suka sama permainan air seperti banana boat sebenernya, tapi gua ikut karena gua ingin berkumpul bersama teman kantor gua, memang aneh ada orang yang memilih waktu wiken nya untuk bersama orang kantor.




Sejauh yang gua rasa, tempat gua kerja itu udah beneran jadi kayak rumah ke dua gua sih, orangnya full kocak, kalo lagi serius kadang juga nyeremin fokusnya. Di malam hari ketika outing, itu ada semacam pensi dan sambutan dari SEVP mungkin ya, tapi istilah gampangnya mungkin bos sebelum direksi. Masih terdengar aneh, oke di tempat gua disebutnya adalah GH.


Beliau bilang kurang lebih gini, di tempat kita kerja itu kerja nya mati - matian dikejar deadline, tapi ketika outing mau ga mau harus dan gaboleh bawa laptop (Karena di beberapa kantor lain sepertinya ketika outing masih bawa laptop dan ngurusin hal berbau kerja). Ketika kita diberi waktu utuk istirahat yah gunakan waktunya sebaik mungkin untuk menikmati istirahat dan bersenang - senang disini, tapi ketika saatnya kerja baru kita kejar abis - abisan, dan kita outing ini karena kerja keras temen - temen juga, jadi selamat menikmati outing nya.



Mungkin kurang lebih seperti itu, tapi menariknya menurut gua adalah gua setuju sih sama apa yang beliau bilang, ketika istirahat yah gunakan bener - bener waktunya untuk istirahat jangan malah kerja, apalagi nulis kayak gua wkwk (bercanda ya ini, ini hanya demi mimpi personal gua). 


Hal yang berbahaya dari istirahat adalah terlalu lama dan nyaman untuk istirahat, seperti gua yang kemarin tidak nulis karena alasan "istirahat", padahal mencapai target belum udah istirahat aja, semangat kerja di kantor kayanya juga harus gua bawa ke dalam mengejar cita - cita gua ini, tapi emang sulit membuat sistem untuk diri sendiri. Ketika jadi pegawai kantoran rasanya lebih mudah karena gua cuman harus mengikuti sistem yang sudah dibuat orang lain, dan kalo gua ga menjalankan sistem itu dengan baik yah gua mungkin gabisa beli apa - apa.


Membawa semangat kerja karena sistem yang dibikin oleh perusahaan kayanya hal yang menarik untuk gua implementasikan disini, di dalam tulisan gua, entah tulisan gua di blog ini atau tulisan gua di tempat lain.
0
Share
Semakin bertambahnya usia yang kita miliki, beberapa orang mungkin akan merasa jika kembali ke masa kecil atau masa muda sepertinya jauh lebih menyenangkan daripada menjadi dewasa. Menjadi dewasa terasa tidak menyenangkan karena beban dan tanggung jawab yang harus dipikul. Beberapa orang juga merasa ketika kembali ke masa yang lebih muda dengan pengetahuan sekarang akan bisa melakukan banyak hal yang lebih baik.


Padahal, hari ini adalah usia termuda yang kamu miliki. Masih banyak hal yang bisa di eksplore, tidak ada kata terlambat, itu setidaknya yang gua percaya. Kecuali terlambat masuk kantor, tentu ada. Tapi menurut gua pribadi dalam mengejar mimpi atau keinginan itu tidak ada kata terlambat sih. Setiap orang punya waktunya masing - masing, ada yang baru memiliki mimpi baru di usia 30an, ada yang baru mempunyai semangat untuk mencari uang di usia 27 tahun.

Photo by Robert Collins on Unsplash

Intinya, tidak ada kata terlambat. Gua masih bisa memulai apapun di usia gua yang sekarang (tapi kayanya kecuali kuliah kedokteran + specialisasi deh). Gua juga percaya tidak ada hal yang mustahil, persetan lah kalo kata orang lain tidak mungkin, selagi masih percaya kalo bisa dilakuin dan memungkinkan untuk diperjuangin, yah perjuangin aja apa yang dimimpikan.


Menurut gua, gaada yang salah kok kalo baru punya semangat di usia 20an atau 30an akhir karena memang usia saat ini adalah usia yang paling muda. Jadi jangan pernah merasa terlambat untuk memulai belajar hal baru, untuk eksplore hal baru, yah karena waktunya masih panjang sampai merasa badan gabisa lagi untuk mengejar mimpi yang diinginkan.


Lalu gimana kalo gagal? Percaya deh sama gua, semakin banyak gagalnya semakin banyak juga belajarnya. Gagal hal yang wajar, dan menurut gua ya, kita sebagai manusia akan mengalami kegagalan yang sama sampai akhirnya kita berhasil belajar dari kegagalan yang kita alami. Semakin cepat kita belajar dari kegagalan, semakin cepat pula kita menuju keberhasilan. 


Kok gua bisa ngomong kaya gini dan seyakin ini padahal belum sesukses itu? Simple nya karena gua percaya gua bisa dan gua percaya suatu saat nanti mimpi gua akan terwujud kok kalo gua sering latihan dan konsisten, ini hanya persoalan gua melawan mood dan rasa malas saja.
0
Share
December, identik dengan liburan semester menjelang natal dan tahun baru. Hal yang paling gua inget ketika bulan december adalah film home alone. Sejauh ini, film home alone masih belum bisa tergantikan oleh film lain ketika liburan menjelang akhir tahun. Dulu, gara - gara film home alone gua sempet ngira di manapun tempatnya selagi itu malam natal akan turun salju (ini pemikiran gua waktu kecil, lupa umur berapa).


Tapi, namanya juga anak kecil yang masih belum kuat untuk begadang dan dikala libur selalu bangun siang, gua merasa sering ketinggalan moment untuk melihat salju di Indonesia ketika malam natal. Bahkan dari jam 8 malem (udah jelas dong salju gaakan turun di Indonesia), tapi gua berpikiran kalo itu masih kurang malem untuk salju turun dan di pagi hari nya salju udah kering karena kena sinar matahari. Itu pemikiran gua waktu kecil.

Photo by Josh Hild on Unsplash


Semakin dewasa, december menjadi momen untuk merangkai ulang kehidupan yang berantakan di tahun ini. Menata ulang mimpi - mimpi yang belum tercapai, membuat list keinginan untuk mencapai sesuatu di tahun depan. Kalau kata orang lain mungkin resolusi, tapi menurut gua ini adalah moment untuk mengenal lebih dekat kepada diri sendiri. Tidak semua orang kenal dengan dirinya sendiri, tidak semua orang mengerti apa yang ingin dia capai.


Makanya, gua belajar untuk lebih mengenal diri gua sendiri setiap december (akhir tahun dan akhir bulan banget). Tapi karena kebiasaan yang selalu di tanggal 30 / 31 untuk membuat resolusi, timbul lah pertanyaan di kepala gua "Ngapain bikin resolusi keren untuk memotivasi diri sendiri agar lebih baik di tahun depan, kalo di tanggal 1 Januari nya udah bangun siang dan tidak membuat diri sendiri menjadi lebih baik"


Akhirnya, gua beberapa kali mencoba untuk di bulan december jadi bulan yang benar - benar fokus untuk mempersiapkan tahun depan. Tapi kalo mau lebih detail lagi, gua biasanya pecah menjadi 4 babak, dan di babak terakhir fokusnya hanya review tahun ini dan apa yang mau dicapai di tahun berikutnya.


December memang waktu yang tepat untuk mempersiapkan apa yang ingin dicapai di tahun depan, minimal untuk melatih konsistensi biar di tahun depan apa yang diinginkan bisa tercapai.
0
Share
Sebuah kalimat yang mudah untuk diucapkan ke diri sendiri, tapi tidak semudah itu untuk dilakukan atau dirasakan di dunia nyata. Pertanyaan sederhana nya adalah pernahkah kamu merasa benar - benar merasa bangga pada dirimu? Kapan dan di moment apa?


Perasaan bangga terhadap diri sendiri terkadang menjadi lebih rumit dengan ada nya social media, trending twitter atau bahkan fyp tiktok. Seolah - olah menjadi bangga kepada diri sendiri baru bisa dirasakan ketika punya uang sekian milliar, atau setelah bisa beli rumah di umur sekian tahun. Padahal perasaan bangga terhadap diri sendiri tidak serumit itu.

Photo by imam hassan on Unsplash


Bisa mendapatkan pekerjaan tetap juga bisa membuatmu bangga terhadap diri sendiri, bisa olahraga rutin, bisa makan ayce seharusnya bisa membuatmu bangga terhadap dirimu sendiri. Kenapa? Karena kamu bisa menjalani kehidupanmu sendiri, kamu bisa bertanggung jawab kepada dirimu sendiri, kamu harus bangga sama hal - hal kecil yang sudah kamu capai TAPI jangan berlebihan untuk bangga kepada diri sendiri.


Bangga terlalu berlebihan kepada diri sendiri akan menyebabkan egois, anti kritik, merasa selalu benar padahal belum tentu apa yang dilakukan adalah hal yang paling benar. Bangga secukupnya saja, tapi jangan terlalu meremehkan diri sendiri. Terkadang orang yang sulit untuk bangga kepada dirinya sendiri akan lebih mudah untuk meremehkan diri sendiri, dan itu nantinya akan menyebabkan mudah overthingking, tidak berani untuk membuat keputusan, dan yang paling bahaya adalah akan diam ditempat.


Sebenernya kalo dipikir ulang, paragraf diatas itu bisa dibuat berurutan. Awalnya merasa terlalu bangga kepada diri sendiri sehingga tidak punya alasan lagi untuk memperbaiki diri, merasa paling benar, bahkan ketika diberi masukan oleh orang lain pun tidak akan bisa diterima. Setelah itu akan melewati meremehkan diri sendiri, karena kebanggan terhadap diri sendiri hanya ada di masa lalu, yang dikenang dan yang di ingat di masa lalu, tapi di masa sekarang itu tidak bisa melakukan apa - apa. Hal itu yang nantinya membuat kurang percaya diri untuk melakukan sesuatu.


Jadi intinya adalah tetaplah bangga terhadap dirimu sendiri sesuai porsinya, jangan terlalu berlebihan dan jangan terlalu meremehkan diri kamu sendiri. Nantinya akan ada kesempatan untuk dirimu jika kamu percaya diri kamu akan membuat bangga diri kamu sendiri (agak membingungkan secara kalimat, cuman harusnya paham lah ya.


0
Share

Kapan sih sebenernya waktu yang tepat untuk memulai sesuatu? Kalau memulai di umur sekarang sudah terlambat ga ya? Pertanyaan overthingking yang beberapa kali gua pertanyakan kepada diri gua sendiri, sampai akhirnya gua menemukan jawaban nya.


Setiap orang menurut gua bisa aja tiba - tiba tertarik ingin melakukan sesuatu hal, entah terinspirasi dari teman nya, terinspirasi dari influencer di social media atau bahkan terinspirasi dari drama korea. Gua sih gampang banget ya untuk tertarik ganti pekerjaan setelah melihat pekerjaan jadi dokter di drakor itu menarik dan seru kayaknya, atau tiba - tiba pingin jadi detektif yang bisa memecahkan kasus pembunuhan misterius. Gua merasa banyak pekerjaan di drakor itu menarik untuk dialami secara langsung. Tapi tidak mungkin dong di usia gua yang beberapa tahun lagi udah kepala tiga ambil kuliah kedokteran hanya untuk seperti pekerjaan drakor.


Photo by Charanjeet Dhiman on Unsplash

Memang ada hal - hal yang secara waktu tidak mungkin untuk dimulai, seperti ingin menjadi dokter ketika umur sudah 30 an, atau ingin menjadi detektif tanpa memiliki background ataupun pengalaman disana. Setidaknya dari yang gua tau di negara gua sekarang ga mungkin, tapi gua gatau di luar negri. Kalo pun ada kayanya pasien juga takut sih di handle sama orang yang baru lulus kuliah kedokteran walau dari segi usia udah kayak dokter specialis.


Tapi ada banyak hal yang bisa di mulai mau di usia berapa pun kita sekarang, memulai bisnis atau usaha, memulai untuk menjadi konten kreator, atau menulis blog kaya gua, yang katanya sih blog gaada duitnya, tapi yah gua melakukan ini just for fun, selagi gua suka dengan proses nya yah kenapa engga? Lalu misal mau mulai bisnis tapi umur udah 40 tahunan gitu, yah kenapa engga? baru kepikiran nya juga sekarang, secara prospek misalnya bisnisnya juga menjajikan yah sikat aja selagi masih muda.


Hah? Emang umur 40 tahun masih muda? Bukan nya umur 40 tahun muda itu kalo sudah meninggal doang ya? "Kasihan ya, umur 40 tahun sudah meninggal, masuh muda loh padahal"


NOOOOO WAYYY


Gary Vee (source: Entrepreneur.com )

Seperti kata Garry Vee, seorang konten kreator dan pebisnis dari amerika, dia sering memberi motivasi kepada orang lain untuk mengejar mimpi nya di umur berapa pun dia. Ada orang yang bertanya kepada dia intinya dia takut untuk memulai karena usianya udah di 25 tahun dan dia masih belum punya uang 1M, dan di jawab sama Gary Vee "You're so fucking young" kalo diterjemahin "Kamu masih muda anjing" WKWKWK.


Cobalah banyak hal selagi masih muda, kamu akan berterima kasih pada dirimu sendiri nantinya ketika kamu telah mencoba sesuatu dan berhasil, percayalah itu akan berhasil selagi kamu masih mengejar impian tersebut. Bukan hanya orang berusia 25 tahun saja yang menanyakan pertanyaan demikian, terakhir sih gua lihat juga ada emak - emak amerika umur 50 tahunan menanyakan hal yang serupa, dan tetep di jawab kurang lebih sama kayak gitu dan intinya adalah kamu masih punya banyak waktu luang untuk mengejar mimpimu, kamu masih muda, dan kamu bisa memulai hidupmu kapanpun. Ketika kamu gagal dalam bisnismu, rugi banyak, kamu masih punya banyak waktu untuk memulai hidupmu kembali.



Wew kayanya ini tulisan gua yang paling panjang sejauh ini, welldone, thanks yang udah baca guys.

0
Share
Setiap hal itu ada prosesnya, tidak ada yang instan, jangan terlalu cepat mengharapkan hasil yang baik apalagi dengan proses yang setengah - setengah. Semuanya harus diusahakan dan usaha juga ada prosesnya. Jangan lupa untuk menghargai setiap proses yang sudah dilewati, menghargai setiap pilihan yang di ambil, karena pada akhirnya yang bisa menghargai dirimu adalah dirimu sendiri.

Photo by Nubelson Fernandes on Unsplash

Kurangi ekspektasi untuk dapet pujian atau validasi dari orang lain, emang mendengarkan validasi orang lain sangat penting bagimu? Take it slow aja, selagi percaya sama pilihan yang diambil akan mendekatkan dengan tujuan mu sendiri. Jangan dengarkan orang lain yang tidak mengerti apa yang kamu inginkan, apa yang kamu mimpikan karena percuma menjelaskan mimpimu ke orang yang bahkan tidak berusaha untuk mengerti dirimu.


Aku percaya bahwa dengan menghargai diri sendiri akan membuka jalan yang menyenangkan, walau selama prosesnya akan di hadapi dengan keraguan akan pilihan sendiri. Tetap percaya kepada mimpi kita sendiri juga ga semudah itu, apalagi jika itu hanya di mimpi dan tidak diwujudkan, jadi tetaplah menghargai diri mu sendiri dengan percaya bahwa mimpimu suatu saat nanti akan terkabul, ketika kamu sudah mulai bisa konsisten mengerjakan dan berlatih secara terus - menerus.


Memang tidak semua akan langsung keliatan hasilnya, tapi kamu bisa merasakan nya, jika yang kamu kerjakan mulai mengarah ke hal yang baik. Minimal kamu lebih konsisten, hal lain nya sense akan lebih terbuka, menulis menjadi lebih mudah, walau memang struktur bahasa nya masih berantakan, point nya masih belum tau apa, itu semua gapapa dan hal yang wajar. Sambil menyelam sambil minum air, nantinya sambil disiapkan sebuah framework untuk menulis, untuk sekarang jalanin dulu saja secara konsisten walau terkadang masih bolong - bolong.


Tetaplah semangat, dan bodo amat sama kata orang lain toh mereka juga tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang kamu usahakan
0
Share
Bahagia tidak harus seperti yang di definisikan oleh orang lain di social media, bahagia tidak harus mempunyai barang yang dimiliki oleh orang lain di tiktok, bahagia juga tidak harus menjalani kehidupan influencer yang terlihat mewah. Bahagia terkadang terlihat cukup rumit ketika kalian hanya melihat kebahagiaan orang lain, padahal kamu sendiri punya hal bahagiamu sendiri.


Tidak perlu menjadi orang lain untuk bahagia, tidak perlu menjalani kehidupan seperti orang lain untuk bahagia, jadilah dirimu sendiri untuk bahagia. Mengejar apa yang seharusnya di kejar, mewujudkan mimpimu secara perlahan, nikmati setiap prosesnya jangan terlalu melihat hasil usaha orang lain, karena kamu punya perjuangan kamu sendiri.

Photo by Gabriel Baranski on Unsplash

Akhir - akhir ini gua sering lihat trend di tiktok yang bilang "Sudah umur dua lima tahun, tapi masih belum punya uang 1M" lalu di slide selanjutnya ada foto dia waktu masih kecil dengan caption "Tapi sudah bisa makan nugget kan?" kemudian slide selanjutnya dengan jawaban "Sudah, gak harus pake nasi juga kok makan nuggetnya", kurang lebih seperti itu trend nya. Menandakan bahwa selama ini gua melupakan satu hal penting, kalo sekarang gua lebih bahagia dengan pilihan hidup gua sendiri.


Gapapa kok belum punya uang banyak di umur 25 tahun, gapapa juga kok belum punya rumah, yang penting jangan menganggur dan tidak bekerja atau tidak berusaha untuk menghidupi diri sendiri. Karena jika menganggur atau tidak berusaha untuk mencari pekerjaan, artinya gua tidak bertanggung jawab terhadap diri gua sendiri. Terkait mengumpulkan uang 1M dan bisa punya rumah mewah di BSD atau jalan - jalan ke Jepang itu bisa nanti, itu bisa diusahakan nanti, masih bisa ditabung uangnya dari gaji.


Terkadang memang bahagia itu sudah kita miliki di dalam diri kita sendiri, tapi karena kita sering melihat kebahagiaan orang lain menjadi membuat kita seolah tidak pernah bahagia. Apalagi ada orang yang menyalahkan Tuhan atas kegagalan di hidupnya, atas kesialan yang sedang menimpa nya seolah - olah seperti Tuhan tidak pernah memberikan nya nikmat.
0
Share

Setiap orang punya alasan nya masing - masing untuk masih tetap berusaha dan mengusahakan apa yang dia percaya, termasuk gua salah satunya. Salah satu cita - cita yang masih belum pernah berubah adalah ingin jadi penulis, walau pun sekarang bekerja dari 9 to 5 sebagai penulis code (read: programmer). Hal yang baru gua aware gua salah adalah gua ga detail menyebutkan cita - cita gua, dan sekarang gua sadar kalo cita - cita gua sebenernya adalah menjadi novelis yang sukses dengan karya - karya gua.


Role model gua sebenernya Raditya Dika, pertama kali gua baca bukunya tentang manusia setengah salmon. Ketika itu, gua baca buku itu rasanya menyenangkan sekali, gua inget aja rasa pertama kali gua baca buku itu. Mungkin, kalo sekarang gua baca buku itu lagi tidak akan semenyenangkan itu, tapi rasa menyenangkan saat itu gua masih inget dan itu yang membuat gua ingin jadi penulis, sorry maksudnya novelis.

Photo by Mike Hindle on Unsplash

Lalu kenapa gua gapernah nulis? Simple sekali, alasan semua orang yang punya mimpi besar tapi gamau usaha "MALAS" dan itu adalah suatu hal yang buruk tentunya. Beli domain untuk blog pribadi adalah salah satu bentuk komitmen gua untuk rajin nulis, seperti itulah niat awalnya, tapi udah beberapa tahun ini dibiarin berdebu sampai akhirnya gua buka linkedin ngelihat senior gua mencoba menulis selama 100 hari, dan akhirnya gua coba sebagai media latihan gua.


Walau gua tahu, mungkin tulisan ini gaada yang baca, walau ketika dilihat di statistik yang baca cuman sedikit. Tapi beneran gua gaada niatan ingin liat statistik nya, cuman ketika buka blog di landing page nya pasti akan auto melihat statistik dong, yah beginilah jadi nya mau gamau harus melihat itu. Tapi kenapa gua masih berusaha? karena selama ini gua belum pernah berusaha semaksimal mungkin, dan gua pingin tahu kalo gua bener - bener serius apa yang terjadi.


Beberapa bulan yang lalu, di agustus gua sempet rilis tulisan atau ebook yang judulnya "Kamu Masih Manusia" hanya untuk mencoba kalo gua rilis tulisan kira - kira ada yang baca ga ya, dan tentu saja cuman laku beberapa pcs karena gua belum siapa - siapa. Gua juga masih perlu berlatih dan gua harus segera melanjutkan project novel gua yang lain, karena tulisan nya banyak yang hanya sekedar ide / topik cerita tapi hanya tertulis di notepad / notion. 


Doakan saja semoga tulisan nya cepet beres dan bisa segera rilis dan dicetak nantinya, aamiin.

0
Share
Sudahlah, ngapain sih buru - buru? apa sih yang di kejar? santai saja kawan, tidak semuanya harus sekarang kok. Selagi sudah berada di jalan yang benar, nikmati aja dulu setiap prosesnya, syukuri setiap hasil dari prosesnya. Tidak ada yang salah, tidak ada yang tidak tercapai, hanya saja waktunya saja yang belum sekarang.


Gua percaya setiap hal itu punya waktu nya masing - masing, bahkan terkadang tanpa usaha pun juga bisa misalnya anak sekolah yang akan pasti lulus karena sekarang sudah tidak ada ujian nasional. Tapi perlu ekstra effort untuk masuk di kampus pilihan. Lulus pasti, masuk ke kampus pilihan perlu usaha, hal ini sama aja seperti hal - hal yang sedang gua perjuangkan. Kerja, dapet uang adalah hal yang pasti, tapi kalo mau lebih banyak yang dibeli, yah harus usaha ekstra.


Lagian tidak ada hasil tanpa usaha, usaha pun juga belum tentu berhasil, tulisan yang sangat kontradiktif sekali bukan? bukan, karena lebih tepatnya itu adalah paradoks. Mau berusaha seperti apa pun, jika bukan untuk gua yah bukan untuk gua, jika belum saatnya gua menerima hasilnya yah juga gabisa dipaksa. Gua juga percaya kalo yang salah itu bukan rencana gua, tapi memang mungkin belum saatnya aja.


Terkadang yah jika dipaksa harus sekarang, nantinya akan bersifat sementara, cuman sebentar abis itu juga ilang lagi (percaya sama gua). Kenapa itu bisa terjadi? jawaban nya sesimpel karena belum waktunya aja.



0
Share
Menangis bukan berarti lemah, menangis juga bukan berarti cengeng, terkadang menangis dibutuhkan agar membuat perasaan menjadi lebih lega. Memang tidak semua orang bisa menangis dengan cara mengeluarkan air mata, mengeluarkan suara isakan tangis, ada juga yang menangis dalam diam. Menurut gua menangis dalam diam itu lebih menyakitkan, dan yang bisa mendengar suara tangisan itu hanyalah diri kita sendiri.


Waktu kecil, biasanya kita menangis karena merasakan sakit yang sifatnya sakit fisik karena kejedot meja, ataupun jatuh, tapi semakin bertumbuhnya usia biasanya kita menangis karena perasaan sedih dan kecewa. Kejedot meja, jatuh sudah bukan lagi hal yang membuat kita nangis karena sudah mulai bisa menahan rasa sakitnya, tapi rasa sedih dan kecewa? Bahkan mungkin bisa saja kita baru pertama kali mendapatkan perasaan itu ketika sudah dewasa.


Menangis juga tidak bisa lagi disembarang tempat semakin kita dewasa, bukan berarti artinya ktia tidak boleh menangis, cuman aneh saja menurut gua jika melihat ada orang nangis di tempat keramaian, kalo tempatnya sepi mah fine aja. Menangis dalam diam menurut gua rasanya lebih menyakitkan, karena kita tidak bisa mengeluarkan suara, di tenggorokan rasanya seperti ada benda tajam yang datang entah dari mana, mata juga berusaha untuk terlihat biasa saja. 


Biasanya habis menangis dalam diam, bagi yang beragama islam akan dilanjutkan dengan menangis dalam sujud karena sudah tidak tahu harus kemana lagi. Tapi yang perlu diketahui menangis adalah hal yang normal, tidak perlu di tahan, dan menangis juga bukan berarti lemah. Cuman memang rasanya malu aja kalo tiba - tiba nangis di tempat umum wkwk.


Dari kemarin gua merasa tulisan gua engga bener - bener nyampaiin apa yang sebenernya mau disampaiin, rasanya tulisan nya muter - muter aja. Gatau gua, tapi di kepala rasanya juga bingung gimana nyampaiin apa yang harusnya disampaikan di tulisan ini wkwk, gapapa lah yak bertahap masih hari ke-8 juga.

Terima kasih yang sudah baca sampai sejauh ini, terima kasih juga kepada diri sendiri yang tetap nulis walau mata sudah mengantuk, dan pingin tidur aja bawaan nya.


0
Share

Bagi beberapa orang memaafkan kesalahan diri sendiri lebih mudah daripada memaafkan kesalahan orang lain, seperti gua misalnya. Kemarin harusnya gua posting tulisan 100 hari nulis, tapi badan gua somehow terlalu lelah sampai akhirnya ketiduran, tapi intinya memaafkan kesalahan diri sendiri lebih mudah. 


Simplenya mungkin karena gua tidak kehilangan apapun ketika gua bolong satu hari, padahal goalsnya adalah melatih nulis setiap hari agar terbiasa. Tapi gua bisa dengan mudahnya bilang "yah, anggep aja libur di hari minggu", padahal dengan pikiran itu menyebabkan gua bisa aja muncul alasan lain nya nanti.

Mudah memaafkan diri sendiri memanglah baik, tapi tidak untuk hal yang merugikan diri sendiri, seharusnya gua punya punishment system yang membuat gua tidak skip nulis, cuman gua gatau apa, dan kalopun ada terlalu takut mungkin. Padahal kalo gua nulis gua tidak akan terkena impactnya, karena gua berhasil memenuhi komitmen yang gua bikin.


Membuat komitmen kepada diri sendiri juga lebih mudah di langgar, daripada membuat komitmen kepada orang lain. Gua tidak perlu merasa tidak enakan ke orang lain, gua tidak perlu ada perasaan bersalah karena melanggar komitmen, karena gua menganggap diri gua yah diri gua sendiri gitu. Mungkin harusnya itu yang harus dirubah, berkomitmen kepada diri sendiri di masa depan atau di masa lalu, agar tidak mengecewakan mereka berdua gua harus berusaha yang terbaik yang gua bisa.

0
Share

Menjadi dewasa itu tidak mudah, dewasa juga bukan tentang usia, menurut gua menjadi dewasa adalah dengan menjadi lebih bertanggung jawab. Minimal bertanggung jawab terhadap hidup kita sendiri, bagaimana mungkin kita bertanggung jawab kepada orang lain jika ke diri sendiri saja belum bisa.


Tidak mudah, bukan berarti tidak mungkin, proses pendewasaan setiap orang juga berbeda. Ada yang bertemu di usia muda, ada yang bertemu ketika putus cinta, bahkan ada juga yang tidak menemukan nya sampai tutup usia. (asek ada rima)


Beberapa orang yang sudah menginjak usia dewasa pernah bilang ingin menjadi anak kecil lagi karena tidak perlu memikirkan hal - hal yang sering membuat kita pusing. Tapi dengan menjadi anak kecil, kita harus mengikuti aturan yang dibikin oleh orang dewasa lain nya. Kita dianggap lemah sebagai anak kecil, kita tidak boleh melakukan hal yang kita inginkan seperti memakan ice cream setiap hari misalnya.


Menjadi dewasa kita bisa memakan ice cream kapanpun yang kita mau, sebanyak apapun yang kita mau, karena dianggap sudah bisa bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Kalaupun nantinya menjadi flu gara - gara ice cream, itu resiko yang harus ditanggung karena keputusan kita sendiri. Menjadi dewasa berarti kita bebas melakukan apapun yang kita inginkan dengan bertanggung jawab dan paham resiko atas tindakan yang kita ambil.


That's why gua bilang kalo dewasa bukan soal usia, ada beberapa orang yang sudah dewasa tapi belum bisa bertanggung jawab atas tindakan nya sendiri, atas keputusan yang sudah diambil. 


Salah satu hal yang gua lakukan seperti sekarang (100 hari nulis) juga merupakan bagian tanggung jawab gua kepada mimpi gua sendiri yaitu ingin menjadi penulis (novelis), dengan menjadikan ini sebagai tempat latihan menulis, selain itu juga udah terlanjur bayar domain tahunan, sayang aja kalo misalnya kosong.



0
Share

Setiap melakukan hal yang pertama kali, orang biasanya norak, termasuk gua ketika pertama kali naik pesawat dibayarin (reimburse) sama kampus ketika masih kuliah. Sebelum naik pesawat pertama kali, tentunya ke bandara pertama kali. 

Awalnya, gua hanya ingin mengantarkan temen gua ke bandara untuk study (pertukaran pelajar) nya dia di belanda. Penerbangan internasional di terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta. Pertama kali disana gua tentu saja norak karena disana bagus banget, dan gua inget pertama kali disana gua cuman bilang dalem hati "semoga nanti gua bisa kesini lagi, tapi bukan nganter, gua yang berangkat ke luar negri".


Somehow kesempatan untuk naik pesawat ke luar negri itu dateng sebelum umur 20 tahun, bagi gua yang belum pernah naik pesawat sama sekali dan langsung ke luar negri walau cuman malaysia negara tetangga tapi gua ngerasa bangga aja karena dibayarin sama kampus. Moment noraknya ketika pertama kali naik pesawat adalah gua dibikin takut temen satu tim lomba gua, katanya kalo naik pesawat itu kuping dan hidung akan sakit. Gua yang pertama kali parno nya setengah mati, nanyain terus sakit nya kaya gimana, beneran sesakit itu atau engga. Ternyata setelah naik pesawat, rasa sakit yang diceritain temen gua itu gaada, emang sengaja nakutin aja.


Gua juga parno ada cerita temen gua yang mau ke bandara tapi di tol ada kecelekaan dan jadi macet, akhirnya dia ketinggalan pesawat dan harus beli tiket lagi. Gua gamau itu kejadian dong, akhirnya tiba di bandara 4-5 jam lebih awal, seniat itu, flightnya masih malem tapi dari sore udah sampe di bandara. Padahal sebenernya ga perlu separno itu, cuman namanya masih pertama kali, tapi yang gua heran temen gua kan udah pernah naik pesawat ya, kenapa ga bilangin informasi itu ya daripada nunggu diem lama di bandara.


Lama nya nunggu pesawat waktu itu, membuat gua sadar kalo ternyata bandara itu tempat yang nyaman, mungkin karena waktu itu nunggu di terminal 3 yang flight internasional kali ya, gapaham juga gua bedanya apa sampe sekarang, karena itu cuman sekali dan pertama kali sih.


Penerbangan kedua naik pesawat, gua juga di bayarin sama tempat gua magang di sebuah startup waktu itu, penerbangan lokal dari Jakarta ke Surabaya, tapi gua berharap hidup dari bandara ke bandara sepertinya menyenangkan, walau sekarang gua masih belum punya kehidupan itu, tapi gua percaya suatu saat nanti mimpi itu akan terwujud, aamiin


0
Share
Setiap orang memiliki kisah perjalanan nya masing - masing, ada yang pendek ada yang panjang, bahkan ada juga yang sudah tidak berjalan atau jalan di tempat. Perjalanan yang gua lalui itu juga panjang, walau tidak semua waktu gua habis untuk hal yang positif dan bermanfaat. Ada kala nya gua cuman ambis menaikkan ranking dari sebuah game. Ada kala nya gua harus fokus sama karir dan hidup gua karena dompet udah mulai tipis.


Bunder Ontheway, dulu pas sekolah pernah di panggil bunder sama temen dan pingin bikin akun twitter karena penasaran sama apa itu mention. Lalu kenapa ontheway? karena bagian dari hidup adalah sebuah perjalanan, terdengar filosofi walau awalnya alasan nya juga bukan itu. Seiring perjalanan yang gua lewati gua bisa menemukan filosofi tersebut, tidak mudah, tidak sulit juga, namun bertemu di waktu yang pas aja.



Semua yang gua alami dan lewati itu tidak semudah kelihatan nya, tidak seseru cerita nya juga, tapi gua percaya selagi gua punya tujuan, gua masih punya perjalanan yang belum selesai. Mimpi gua daridulu sebenernya ingin sekali jadi penulis, walau sekarang pekerjaan gua juga nulis, walau nulis code (ngoding). 


Sampai di titik gua merasa kalau sebenernya gua pingin menjadi penulis novel atau novelis dari pada menjadi penulis code. Gua suka menulis karena ini sebagai media untuk menuangkan apa yang ada di kepala agar tidak berantakan. Kalo kalian membaca tulisan ini rasanya sangat berantakan, yah itu yang ada di pikiran gua ketika mencoba untuk menulis 100 hari tanpa konsep, dan semuanya serba instan sepulang kerja, dan gua udah merasa mengantuk tapi harus tetap menulis ini.


Padahal juga baru 4 episode yak, tapi kayak sudah lama. 


Anyway, setiap orang punya tujuan dan perjalanan nya masing - masing, jangan terlalu dibandingkan apa yang kalian lewati dengan apa yang dilewati orang lain. Kadang gua pingin menjadi sukses seperti role model gua, namun gua ternyata belum punya kemampuan untuk melakukan eksekusi dan perjuangan seperti itu. Ini merupakan salah satu media gua untuk latihan menulis dengan pressure (ekspektasi diri sendiri).


Kalo ada yang baca tolong komen pake anonim sebaiknya gua nulis apa dong, dah mulai butek nih bingung, atau kayanya gua harus bikin framework untuk menulis di minggu selanjutnya biar tidak hanya tulisan ngalor ngidul seperti ini.


Thanks yang udah baca, maap menghabiskan 3-5 menit waktu kalian WKWKWKWKWK.


0
Share
Kota Malang, terdengar menyedihkan secara makna bahasa, tapi merupakan salah satu kota ternyaman untuk bersantai. Hawanya sejuk, penduduknya ramah dan tidak menyebalkan, dan yang paling penting kota ini adalah tempat dimana gua pertama kali respawn (dilahirkan). 


Hampir 17 tahun, gua hidup di Kota Malang sampai akhirnya merantau ke kota lain yang vibesnya hampir mirip seperti kota ini. Memang menyenangkan sekali bisa hidup di kota ini, tapi justru itu yang membuat gua untuk pergi untk merantau ke kota lain. Takut terlalu nyaman, jujur itu yang gua takutkan kalo gua terlalu lama berada di Kota Malang. 


Kota Malang adalah kota yang wajib dikunjungi bagi para pecinta kuliner, karena menurut gua kulinernya banyak dan yang paling penting murah, ga kayak Jakarta lah pokoknya. Kalo di postingan sebelumnya gua bilang merasa lebih hidup di Jakarta daripada di Malang itu karena gua berpenghasilan di Jakarta, tapi kalo dengan penghasilan di Jakarta dan gua bisa tinggal di Malang kayanya itu akan jadi pilihan hidup yang menarik. 


Kota Malang juga terkenal dengan kota wisata, memang banyak sih destinasi wisata nya. Gua yang lahir di kota ini aja, belum ke semua destinasi wisata nya, apalagi alam nya. Kuliner di Kota Malang juga ga kalah enak, ini beberapa yang bisa kalian coba:

1. Rawon Pak Djenggot (Jl. Kawi) -> ini deket sama rumah nenek gua
2. Nasi Campur Kiroman (Jl. Yulius Usman) -> ini deket sama sekolah SD gua btw
3. Nasi Tempe Bacem (Sawojajar / perempatan deket stasiun kota baru)
4. Lontong Kupang (Jl. Raya Langsep)
5. Tahu Campur (gatau gua alamatnya dimana) -> tapi gua paham lokasinya kalo pas di Malang hehe


Blog pribadi gua udah kayak portal berita wisata wkwkwk, yaudahlah ya gapapa, namanya juga 100 hari nulis dengan wajib apapun yang kepikiran secara spontan. Anggap aja gua lagi latihan nulis SEO friendly, kepingin nulis teknikal (IT) cuman kayanya effortnya lebih besar untuk nulis rutin, tapi nanti kalo lagi ada waktunya di coba deh, sama kayanya gua mau coba nulis bahasa inggris di wiken.



Mau sejauh apapun kalian pergi untuk mencari uang, jangan pernah lupakan tempat kalian di lahirkan, tempat kalian dibesarkan, karena tempat itu adalah tempat yang pertama kali membentuk diri gua sampai sebesar ini secara satuan kilogram.



0
Share
Hidup di Jakarta bagi orang daerah seperti gua rasanya sudah seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Memang aneh bermimpi untuk hidup di kota yang keras, banyak kriminalitas, banyak orang susah, tapi di Jakarta bagi sebagian orang juga menjadi kota tempat mewujudkan harapan.


Core memori gua pas kecil itu membayangkan kota Jakarta adalah kota yang akan selalu hidup, kota yang akan selalu membuat para penduduknya untuk bertumbuh. Memori yang terbayangkan di memori gua karena mendengarkan cerita hidup di Jakarta dari Ibu. 




Ibu sering menceritakan bagaimana dulu dia kerja di Jakarta, sepulang kerja dia ikut kursus komputer pada saat itu era - era perpindahan dari boomer ke milenial (sepertinya). Hal lain nya adalah, ibu sering cerita kalo hampir setiap hari makan ayam Texas. Core memori gua juga inget kalo ayam Texas adalah ayam yang paling enak pada jaman nya. Gua semacam punya mimpi kalo gua kerja di Jakarta gua bisa makan ayam Texas setiap hari, karena di daerah gua tidak ada ayam Texas dan gua harus ke kota sebelah hanya untuk menikmati ayam goreng.


Setelah gua inget lucu juga ya, motivasi gua ingin hidup dan tinggal di Jakarta awalnya hanya demi makan ayam goreng yang tidak ada di kampung halaman, walaupun semakin dewasa alasan untuk ingin bekerja di Jakarta juga ikut berubah.


Jakarta adalah kota dengan penuh harapan, banyak perantau yang ke kota ini dengan harapan mereka bisa sukses demi keluarga di kampung halaman, salah satu nya adalah gua. Gua berharap benar - benar bisa sukses di Kota ini, terdengar penuh bualan memang, tapi gua percaya mimpi gua pelan - pelan akan terwujud. 

Pelan, namun pasti. Tidak secepat orang lain, tidak bisa dibandingkan juga dengan progress orang lain karena memiliki start yang berbeda. Tapi ketika pertama kali sampai di Jakarta untuk merantau, bekerja, dan mengadu nasib, gua merasa lebih hidup daripada gua berada di kampung halaman.


Gua juga merasa senang ketika beberapa kali tidak sengaja bertemu dengan teman SD atau bahkan SMP di Kota Jakarta, rasanya seperti bertemu dengan teman seperjuangan dari kampung halaman yang sama untuk bertahan hidup disini.


Semoga, nantinya banyak perantau di Kota Jakarta yang berhasil mewujudkan apa yang mereka inginkan, berhasil dengan hasil yang terbaik


0
Share
Wow, ada yang kotor tapi bukan iman. Ada yang berdebu tapi bukan kaki, ternyata blog nya udah lama ga ditulis hahaha.

Tapi seperti judulnya ini 1/100 yang ingin dicoba di sisa tahun ini untuk menulis selama setiap hari selama 100 hari, agak kurang yakin sama diri sendiri bisa mewujudkan konsistensi sepele ini, tapi mau tidak mau harus dicoba. 

Kenapa nyoba sekarang? Kan ini bisa di tahun depan, jadi nya ga genap di tahun ini.


Here's a thing, 
Kemarin sempet nemu tulisan di buku, isinya kurang lebih bilang kalo mau memulai sesuatu itu tidak harus di tahun baru. Tidak harus selalu mulai di hari senin walau hari ini senin. Tidak harus dimulai dari tanggal satu, karena itu cuman angka dan tanggal, semua itu harus dimulai dari diri sendiri.


So, here we go. Kantor Baru


Enggak, gua masih di perusahaan yang lama, perusahaan pertama gua setelah lulus kuliah, perusahaan yang membuat gua bertumbuh dan bisa mencapai beberapa goals gua, menikah salah satunya.

Cuman memang kantornya baru, sebelumnya gua ngantor 5 menit jaraknya kalo jalan kaki dari kantor yang baru, literally jalan.


Kalo kalian orang yang tinggal di Jakarta, khususnya di daerah Jakarta Barat harusnya ga asing sama foto ini dan kantor ini punya perusahaan apa.

Ada beberapa hal yang menurut gua termasuk ke dalam kategori culture shock mungkin ketika baru beberapa hari kerja di kantor baru. Salah satu nya gua baru tau kalo kerja di gedung itu lift nya antri. Menurut gua aneh aja, kalo kita mau kerja tapi antri, tapi mungkin itu filosofi nya sama kayak pengingat gua juga kalo "mau masuk kantor" itu harus antri.



Well, jujur gua suka sih sama vibes kantornya, sama ruangan yang di desain di lantai gua. Mungkin nanti akan gua bikin di tulisan selanjutnya detail ruangan yang menurut gua nyaman untuk gua kerja disitu. Salah satu yang bikin gua suka ada namanya fokus room, intinya kalo mau fokus dan gaada gangguan bisa kerja di ruangan itu, ruangan nya cuman muat satu orang aja, itu keren sih menurut gua.

Bagi gua yang gapernah kerja di gedung tingkat gua cukup kaget dengan hal - hal sepele kaya gitu. Tempat ngantor gua dulu itu kayak ada rumah ga dipake, trus dijadiin kantor, ala - ala startup gitu atau co-working space mungkin ya. Cuman tempat itu yang bikin gua bertumbuh, tempat yang penuh cerita dan kenangan di setiap sudutnya. Masih bisa buat ke kantor sana buat main, karena secara hak kayanya masih punya perusahaan tempat gua bekerja deh.

Di tempat lama itu enaknya kalo mau go food ga perlu antri naik turun lift cuman buat ambil doang, kalo misal mau mencari udara segar (ngrokok) juga ga perlu naik turun lift, tinggal keluar di bawah pohon, atau bahkan di halaman yang outdoor juga asik.

Btw, foto yang disebelah kiri itu ruang relax. Ruang yang dipakai untuk main PS nantinya (ps nya masih mau di ganti ps 5 katanya). Di sekat sebelahnya ada tempat buat tidur, kalo lagi ngerasa pusing sama kerjaan, atau buat tidur 10 - 15 menit tapi deep sleep itu oke sih.

Sebagai pekerja IT, yang kerjaan nya di depan laptop terus juga perlu tempat untuk mengistirahatkan mata sejenak, ini salah satu ruangan nya. 

Bisa ngelihat pemandangan kota jakarta, yang isinya padat penduduk dan kemacetan di jalan kota. Akhir - akhir ini juga lagi sering macet, gara - gara ada truk mogok atau nabrak di jalur busway. Lumayan menyiksa buat yang naik busway, untung gua naik motor tapi tetep macetnya masih bisa dinikmati, berusaha dinikmati lebih tepatnya.





Dari ruang relax, juga bisa liat laut sebenernya, kayak foto di sebelah ini yang udah gua zoom. Ambil foto nya gua zoom maksudnya hahaha.

Pemandangan yang gaakan bisa di dapet kalo di tempat kerja yang lama.

Emang bener sih kata orang, ketika kita mendapatkan hal baru akan ada hal lama yang hilang. Seperti pindah kantor baru, tempatnya harus naik lift, tidak segampang kantor lama, tapi dapat pemandangan laut (kalo lagi ga mendung dan ga polusi bgt).











Semuanya ada harga yang harus di bayar, apapun yang dilakukan, sama seperti nulis ini harga yang harus di bayar adalah harus di sempetin sepulang kerja walau sampe malam, tapi semoga nanti akan ada yang di dapat, walau sekarang sudah mendapatkan kebahagiaan dengan menulis postingan blog yang akhirnya tidak lagi berdebu ini.











0
Share
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Nice to Meet you

Nice to Meet you

Blog Archive

  • ▼  2024 (26)
    • ▼  Desember 2024 (11)
      • [23/100] Perlukah Ada Meja Makan?
      • [22/100] Kenapa Masih Berusaha?
      • [Review Film] Cinta Tak Seindah Drama Korea
      • [21/100] Hasrat Mengejar Mimpi
      • [20/100] Mengakui Kesalahan
      • [19/100] Salah Mengambil Keputusan
      • [18/100] Jangan Heran Kalo Diam di Tempat
      • [17/100] Terlalu Lama Istirahat
      • [16/100] Hari ini adalah usia termuda yang kamu mi...
      • [15/100] Hi December
      • [14/100] I'm Proud Of You
    • ►  November 2024 (13)
      • [13/100] Waktu Yang Tepat Untuk Memulai
      • [12/100] Hargai Dirimu Sendiri
      • [11/100] Apakah Kamu Sudah Bahagia?
      • [10/100] Kenapa Masih Berusaha?
      • [9/100] Tidak Semuanya Harus Sekarang
      • [8/100] Menangis Dalam Diam
      • [7/100] Memaafkan Diri Sendiri
      • [6/100] Tidak Mudah
      • [5/100] Dari Bandara ke Bandara
      • [4/100] Perjalanan Panjang
      • [3/100] Kota Pertama Kali Respawn
      • [2/100] Jakarta Kota Harapan
      • [1/100] Kantor Baru
    • ►  Januari 2024 (2)
  • ►  2022 (5)
    • ►  Juli 2022 (3)
    • ►  Juni 2022 (2)
  • ►  2021 (14)
    • ►  Agustus 2021 (4)
    • ►  Juni 2021 (7)
    • ►  Mei 2021 (1)
    • ►  April 2021 (2)
  • ►  2014 (6)
    • ►  Februari 2014 (5)
    • ►  Januari 2014 (1)
  • ►  2013 (5)
    • ►  Desember 2013 (2)
    • ►  November 2013 (3)

Popular Posts

  • [Review Film] Cinta Tak Seindah Drama Korea
  • [19/100] Salah Mengambil Keputusan
  • [21/100] Hasrat Mengejar Mimpi
  • [20/100] Mengakui Kesalahan
  • [22/100] Kenapa Masih Berusaha?

Page

  • About Me
  • Contact Me
  • Privacy Policy
Copyright © 2013 Bunder Ontheway

Created By ThemeXpose