• Home
  • Github
  • Medium
  • Youtube
  • Donate
instagram twitter facebook
Bunder Ontheway
  • Home
  • Story
    • Diary
    • My Story
    • 100 Hari Nulis
    • Cerpen (Soon)
  • Others
    • Youtube
    • Medium
    • Podcast
      • Podcast Hembus Resah
      • Podcast Setengah SKS
      • Podcast Sawo Mateng
    • Karya Karsa
  • Encyclopedia (Soon)
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Bisnis
    • Life Style
    • Fashion
  • Donate

Kapan sih sebenernya waktu yang tepat untuk memulai sesuatu? Kalau memulai di umur sekarang sudah terlambat ga ya? Pertanyaan overthingking yang beberapa kali gua pertanyakan kepada diri gua sendiri, sampai akhirnya gua menemukan jawaban nya.


Setiap orang menurut gua bisa aja tiba - tiba tertarik ingin melakukan sesuatu hal, entah terinspirasi dari teman nya, terinspirasi dari influencer di social media atau bahkan terinspirasi dari drama korea. Gua sih gampang banget ya untuk tertarik ganti pekerjaan setelah melihat pekerjaan jadi dokter di drakor itu menarik dan seru kayaknya, atau tiba - tiba pingin jadi detektif yang bisa memecahkan kasus pembunuhan misterius. Gua merasa banyak pekerjaan di drakor itu menarik untuk dialami secara langsung. Tapi tidak mungkin dong di usia gua yang beberapa tahun lagi udah kepala tiga ambil kuliah kedokteran hanya untuk seperti pekerjaan drakor.


Photo by Charanjeet Dhiman on Unsplash

Memang ada hal - hal yang secara waktu tidak mungkin untuk dimulai, seperti ingin menjadi dokter ketika umur sudah 30 an, atau ingin menjadi detektif tanpa memiliki background ataupun pengalaman disana. Setidaknya dari yang gua tau di negara gua sekarang ga mungkin, tapi gua gatau di luar negri. Kalo pun ada kayanya pasien juga takut sih di handle sama orang yang baru lulus kuliah kedokteran walau dari segi usia udah kayak dokter specialis.


Tapi ada banyak hal yang bisa di mulai mau di usia berapa pun kita sekarang, memulai bisnis atau usaha, memulai untuk menjadi konten kreator, atau menulis blog kaya gua, yang katanya sih blog gaada duitnya, tapi yah gua melakukan ini just for fun, selagi gua suka dengan proses nya yah kenapa engga? Lalu misal mau mulai bisnis tapi umur udah 40 tahunan gitu, yah kenapa engga? baru kepikiran nya juga sekarang, secara prospek misalnya bisnisnya juga menjajikan yah sikat aja selagi masih muda.


Hah? Emang umur 40 tahun masih muda? Bukan nya umur 40 tahun muda itu kalo sudah meninggal doang ya? "Kasihan ya, umur 40 tahun sudah meninggal, masuh muda loh padahal"


NOOOOO WAYYY


Gary Vee (source: Entrepreneur.com )

Seperti kata Garry Vee, seorang konten kreator dan pebisnis dari amerika, dia sering memberi motivasi kepada orang lain untuk mengejar mimpi nya di umur berapa pun dia. Ada orang yang bertanya kepada dia intinya dia takut untuk memulai karena usianya udah di 25 tahun dan dia masih belum punya uang 1M, dan di jawab sama Gary Vee "You're so fucking young" kalo diterjemahin "Kamu masih muda anjing" WKWKWK.


Cobalah banyak hal selagi masih muda, kamu akan berterima kasih pada dirimu sendiri nantinya ketika kamu telah mencoba sesuatu dan berhasil, percayalah itu akan berhasil selagi kamu masih mengejar impian tersebut. Bukan hanya orang berusia 25 tahun saja yang menanyakan pertanyaan demikian, terakhir sih gua lihat juga ada emak - emak amerika umur 50 tahunan menanyakan hal yang serupa, dan tetep di jawab kurang lebih sama kayak gitu dan intinya adalah kamu masih punya banyak waktu luang untuk mengejar mimpimu, kamu masih muda, dan kamu bisa memulai hidupmu kapanpun. Ketika kamu gagal dalam bisnismu, rugi banyak, kamu masih punya banyak waktu untuk memulai hidupmu kembali.



Wew kayanya ini tulisan gua yang paling panjang sejauh ini, welldone, thanks yang udah baca guys.

0
Share
Setiap hal itu ada prosesnya, tidak ada yang instan, jangan terlalu cepat mengharapkan hasil yang baik apalagi dengan proses yang setengah - setengah. Semuanya harus diusahakan dan usaha juga ada prosesnya. Jangan lupa untuk menghargai setiap proses yang sudah dilewati, menghargai setiap pilihan yang di ambil, karena pada akhirnya yang bisa menghargai dirimu adalah dirimu sendiri.

Photo by Nubelson Fernandes on Unsplash

Kurangi ekspektasi untuk dapet pujian atau validasi dari orang lain, emang mendengarkan validasi orang lain sangat penting bagimu? Take it slow aja, selagi percaya sama pilihan yang diambil akan mendekatkan dengan tujuan mu sendiri. Jangan dengarkan orang lain yang tidak mengerti apa yang kamu inginkan, apa yang kamu mimpikan karena percuma menjelaskan mimpimu ke orang yang bahkan tidak berusaha untuk mengerti dirimu.


Aku percaya bahwa dengan menghargai diri sendiri akan membuka jalan yang menyenangkan, walau selama prosesnya akan di hadapi dengan keraguan akan pilihan sendiri. Tetap percaya kepada mimpi kita sendiri juga ga semudah itu, apalagi jika itu hanya di mimpi dan tidak diwujudkan, jadi tetaplah menghargai diri mu sendiri dengan percaya bahwa mimpimu suatu saat nanti akan terkabul, ketika kamu sudah mulai bisa konsisten mengerjakan dan berlatih secara terus - menerus.


Memang tidak semua akan langsung keliatan hasilnya, tapi kamu bisa merasakan nya, jika yang kamu kerjakan mulai mengarah ke hal yang baik. Minimal kamu lebih konsisten, hal lain nya sense akan lebih terbuka, menulis menjadi lebih mudah, walau memang struktur bahasa nya masih berantakan, point nya masih belum tau apa, itu semua gapapa dan hal yang wajar. Sambil menyelam sambil minum air, nantinya sambil disiapkan sebuah framework untuk menulis, untuk sekarang jalanin dulu saja secara konsisten walau terkadang masih bolong - bolong.


Tetaplah semangat, dan bodo amat sama kata orang lain toh mereka juga tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang kamu usahakan
0
Share
Bahagia tidak harus seperti yang di definisikan oleh orang lain di social media, bahagia tidak harus mempunyai barang yang dimiliki oleh orang lain di tiktok, bahagia juga tidak harus menjalani kehidupan influencer yang terlihat mewah. Bahagia terkadang terlihat cukup rumit ketika kalian hanya melihat kebahagiaan orang lain, padahal kamu sendiri punya hal bahagiamu sendiri.


Tidak perlu menjadi orang lain untuk bahagia, tidak perlu menjalani kehidupan seperti orang lain untuk bahagia, jadilah dirimu sendiri untuk bahagia. Mengejar apa yang seharusnya di kejar, mewujudkan mimpimu secara perlahan, nikmati setiap prosesnya jangan terlalu melihat hasil usaha orang lain, karena kamu punya perjuangan kamu sendiri.

Photo by Gabriel Baranski on Unsplash

Akhir - akhir ini gua sering lihat trend di tiktok yang bilang "Sudah umur dua lima tahun, tapi masih belum punya uang 1M" lalu di slide selanjutnya ada foto dia waktu masih kecil dengan caption "Tapi sudah bisa makan nugget kan?" kemudian slide selanjutnya dengan jawaban "Sudah, gak harus pake nasi juga kok makan nuggetnya", kurang lebih seperti itu trend nya. Menandakan bahwa selama ini gua melupakan satu hal penting, kalo sekarang gua lebih bahagia dengan pilihan hidup gua sendiri.


Gapapa kok belum punya uang banyak di umur 25 tahun, gapapa juga kok belum punya rumah, yang penting jangan menganggur dan tidak bekerja atau tidak berusaha untuk menghidupi diri sendiri. Karena jika menganggur atau tidak berusaha untuk mencari pekerjaan, artinya gua tidak bertanggung jawab terhadap diri gua sendiri. Terkait mengumpulkan uang 1M dan bisa punya rumah mewah di BSD atau jalan - jalan ke Jepang itu bisa nanti, itu bisa diusahakan nanti, masih bisa ditabung uangnya dari gaji.


Terkadang memang bahagia itu sudah kita miliki di dalam diri kita sendiri, tapi karena kita sering melihat kebahagiaan orang lain menjadi membuat kita seolah tidak pernah bahagia. Apalagi ada orang yang menyalahkan Tuhan atas kegagalan di hidupnya, atas kesialan yang sedang menimpa nya seolah - olah seperti Tuhan tidak pernah memberikan nya nikmat.
0
Share

Setiap orang punya alasan nya masing - masing untuk masih tetap berusaha dan mengusahakan apa yang dia percaya, termasuk gua salah satunya. Salah satu cita - cita yang masih belum pernah berubah adalah ingin jadi penulis, walau pun sekarang bekerja dari 9 to 5 sebagai penulis code (read: programmer). Hal yang baru gua aware gua salah adalah gua ga detail menyebutkan cita - cita gua, dan sekarang gua sadar kalo cita - cita gua sebenernya adalah menjadi novelis yang sukses dengan karya - karya gua.


Role model gua sebenernya Raditya Dika, pertama kali gua baca bukunya tentang manusia setengah salmon. Ketika itu, gua baca buku itu rasanya menyenangkan sekali, gua inget aja rasa pertama kali gua baca buku itu. Mungkin, kalo sekarang gua baca buku itu lagi tidak akan semenyenangkan itu, tapi rasa menyenangkan saat itu gua masih inget dan itu yang membuat gua ingin jadi penulis, sorry maksudnya novelis.

Photo by Mike Hindle on Unsplash

Lalu kenapa gua gapernah nulis? Simple sekali, alasan semua orang yang punya mimpi besar tapi gamau usaha "MALAS" dan itu adalah suatu hal yang buruk tentunya. Beli domain untuk blog pribadi adalah salah satu bentuk komitmen gua untuk rajin nulis, seperti itulah niat awalnya, tapi udah beberapa tahun ini dibiarin berdebu sampai akhirnya gua buka linkedin ngelihat senior gua mencoba menulis selama 100 hari, dan akhirnya gua coba sebagai media latihan gua.


Walau gua tahu, mungkin tulisan ini gaada yang baca, walau ketika dilihat di statistik yang baca cuman sedikit. Tapi beneran gua gaada niatan ingin liat statistik nya, cuman ketika buka blog di landing page nya pasti akan auto melihat statistik dong, yah beginilah jadi nya mau gamau harus melihat itu. Tapi kenapa gua masih berusaha? karena selama ini gua belum pernah berusaha semaksimal mungkin, dan gua pingin tahu kalo gua bener - bener serius apa yang terjadi.


Beberapa bulan yang lalu, di agustus gua sempet rilis tulisan atau ebook yang judulnya "Kamu Masih Manusia" hanya untuk mencoba kalo gua rilis tulisan kira - kira ada yang baca ga ya, dan tentu saja cuman laku beberapa pcs karena gua belum siapa - siapa. Gua juga masih perlu berlatih dan gua harus segera melanjutkan project novel gua yang lain, karena tulisan nya banyak yang hanya sekedar ide / topik cerita tapi hanya tertulis di notepad / notion. 


Doakan saja semoga tulisan nya cepet beres dan bisa segera rilis dan dicetak nantinya, aamiin.

0
Share
Sudahlah, ngapain sih buru - buru? apa sih yang di kejar? santai saja kawan, tidak semuanya harus sekarang kok. Selagi sudah berada di jalan yang benar, nikmati aja dulu setiap prosesnya, syukuri setiap hasil dari prosesnya. Tidak ada yang salah, tidak ada yang tidak tercapai, hanya saja waktunya saja yang belum sekarang.


Gua percaya setiap hal itu punya waktu nya masing - masing, bahkan terkadang tanpa usaha pun juga bisa misalnya anak sekolah yang akan pasti lulus karena sekarang sudah tidak ada ujian nasional. Tapi perlu ekstra effort untuk masuk di kampus pilihan. Lulus pasti, masuk ke kampus pilihan perlu usaha, hal ini sama aja seperti hal - hal yang sedang gua perjuangkan. Kerja, dapet uang adalah hal yang pasti, tapi kalo mau lebih banyak yang dibeli, yah harus usaha ekstra.


Lagian tidak ada hasil tanpa usaha, usaha pun juga belum tentu berhasil, tulisan yang sangat kontradiktif sekali bukan? bukan, karena lebih tepatnya itu adalah paradoks. Mau berusaha seperti apa pun, jika bukan untuk gua yah bukan untuk gua, jika belum saatnya gua menerima hasilnya yah juga gabisa dipaksa. Gua juga percaya kalo yang salah itu bukan rencana gua, tapi memang mungkin belum saatnya aja.


Terkadang yah jika dipaksa harus sekarang, nantinya akan bersifat sementara, cuman sebentar abis itu juga ilang lagi (percaya sama gua). Kenapa itu bisa terjadi? jawaban nya sesimpel karena belum waktunya aja.



0
Share
Menangis bukan berarti lemah, menangis juga bukan berarti cengeng, terkadang menangis dibutuhkan agar membuat perasaan menjadi lebih lega. Memang tidak semua orang bisa menangis dengan cara mengeluarkan air mata, mengeluarkan suara isakan tangis, ada juga yang menangis dalam diam. Menurut gua menangis dalam diam itu lebih menyakitkan, dan yang bisa mendengar suara tangisan itu hanyalah diri kita sendiri.


Waktu kecil, biasanya kita menangis karena merasakan sakit yang sifatnya sakit fisik karena kejedot meja, ataupun jatuh, tapi semakin bertumbuhnya usia biasanya kita menangis karena perasaan sedih dan kecewa. Kejedot meja, jatuh sudah bukan lagi hal yang membuat kita nangis karena sudah mulai bisa menahan rasa sakitnya, tapi rasa sedih dan kecewa? Bahkan mungkin bisa saja kita baru pertama kali mendapatkan perasaan itu ketika sudah dewasa.


Menangis juga tidak bisa lagi disembarang tempat semakin kita dewasa, bukan berarti artinya ktia tidak boleh menangis, cuman aneh saja menurut gua jika melihat ada orang nangis di tempat keramaian, kalo tempatnya sepi mah fine aja. Menangis dalam diam menurut gua rasanya lebih menyakitkan, karena kita tidak bisa mengeluarkan suara, di tenggorokan rasanya seperti ada benda tajam yang datang entah dari mana, mata juga berusaha untuk terlihat biasa saja. 


Biasanya habis menangis dalam diam, bagi yang beragama islam akan dilanjutkan dengan menangis dalam sujud karena sudah tidak tahu harus kemana lagi. Tapi yang perlu diketahui menangis adalah hal yang normal, tidak perlu di tahan, dan menangis juga bukan berarti lemah. Cuman memang rasanya malu aja kalo tiba - tiba nangis di tempat umum wkwk.


Dari kemarin gua merasa tulisan gua engga bener - bener nyampaiin apa yang sebenernya mau disampaiin, rasanya tulisan nya muter - muter aja. Gatau gua, tapi di kepala rasanya juga bingung gimana nyampaiin apa yang harusnya disampaikan di tulisan ini wkwk, gapapa lah yak bertahap masih hari ke-8 juga.

Terima kasih yang sudah baca sampai sejauh ini, terima kasih juga kepada diri sendiri yang tetap nulis walau mata sudah mengantuk, dan pingin tidur aja bawaan nya.


0
Share

Bagi beberapa orang memaafkan kesalahan diri sendiri lebih mudah daripada memaafkan kesalahan orang lain, seperti gua misalnya. Kemarin harusnya gua posting tulisan 100 hari nulis, tapi badan gua somehow terlalu lelah sampai akhirnya ketiduran, tapi intinya memaafkan kesalahan diri sendiri lebih mudah. 


Simplenya mungkin karena gua tidak kehilangan apapun ketika gua bolong satu hari, padahal goalsnya adalah melatih nulis setiap hari agar terbiasa. Tapi gua bisa dengan mudahnya bilang "yah, anggep aja libur di hari minggu", padahal dengan pikiran itu menyebabkan gua bisa aja muncul alasan lain nya nanti.

Mudah memaafkan diri sendiri memanglah baik, tapi tidak untuk hal yang merugikan diri sendiri, seharusnya gua punya punishment system yang membuat gua tidak skip nulis, cuman gua gatau apa, dan kalopun ada terlalu takut mungkin. Padahal kalo gua nulis gua tidak akan terkena impactnya, karena gua berhasil memenuhi komitmen yang gua bikin.


Membuat komitmen kepada diri sendiri juga lebih mudah di langgar, daripada membuat komitmen kepada orang lain. Gua tidak perlu merasa tidak enakan ke orang lain, gua tidak perlu ada perasaan bersalah karena melanggar komitmen, karena gua menganggap diri gua yah diri gua sendiri gitu. Mungkin harusnya itu yang harus dirubah, berkomitmen kepada diri sendiri di masa depan atau di masa lalu, agar tidak mengecewakan mereka berdua gua harus berusaha yang terbaik yang gua bisa.

0
Share

Menjadi dewasa itu tidak mudah, dewasa juga bukan tentang usia, menurut gua menjadi dewasa adalah dengan menjadi lebih bertanggung jawab. Minimal bertanggung jawab terhadap hidup kita sendiri, bagaimana mungkin kita bertanggung jawab kepada orang lain jika ke diri sendiri saja belum bisa.


Tidak mudah, bukan berarti tidak mungkin, proses pendewasaan setiap orang juga berbeda. Ada yang bertemu di usia muda, ada yang bertemu ketika putus cinta, bahkan ada juga yang tidak menemukan nya sampai tutup usia. (asek ada rima)


Beberapa orang yang sudah menginjak usia dewasa pernah bilang ingin menjadi anak kecil lagi karena tidak perlu memikirkan hal - hal yang sering membuat kita pusing. Tapi dengan menjadi anak kecil, kita harus mengikuti aturan yang dibikin oleh orang dewasa lain nya. Kita dianggap lemah sebagai anak kecil, kita tidak boleh melakukan hal yang kita inginkan seperti memakan ice cream setiap hari misalnya.


Menjadi dewasa kita bisa memakan ice cream kapanpun yang kita mau, sebanyak apapun yang kita mau, karena dianggap sudah bisa bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Kalaupun nantinya menjadi flu gara - gara ice cream, itu resiko yang harus ditanggung karena keputusan kita sendiri. Menjadi dewasa berarti kita bebas melakukan apapun yang kita inginkan dengan bertanggung jawab dan paham resiko atas tindakan yang kita ambil.


That's why gua bilang kalo dewasa bukan soal usia, ada beberapa orang yang sudah dewasa tapi belum bisa bertanggung jawab atas tindakan nya sendiri, atas keputusan yang sudah diambil. 


Salah satu hal yang gua lakukan seperti sekarang (100 hari nulis) juga merupakan bagian tanggung jawab gua kepada mimpi gua sendiri yaitu ingin menjadi penulis (novelis), dengan menjadikan ini sebagai tempat latihan menulis, selain itu juga udah terlanjur bayar domain tahunan, sayang aja kalo misalnya kosong.



0
Share

Setiap melakukan hal yang pertama kali, orang biasanya norak, termasuk gua ketika pertama kali naik pesawat dibayarin (reimburse) sama kampus ketika masih kuliah. Sebelum naik pesawat pertama kali, tentunya ke bandara pertama kali. 

Awalnya, gua hanya ingin mengantarkan temen gua ke bandara untuk study (pertukaran pelajar) nya dia di belanda. Penerbangan internasional di terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta. Pertama kali disana gua tentu saja norak karena disana bagus banget, dan gua inget pertama kali disana gua cuman bilang dalem hati "semoga nanti gua bisa kesini lagi, tapi bukan nganter, gua yang berangkat ke luar negri".


Somehow kesempatan untuk naik pesawat ke luar negri itu dateng sebelum umur 20 tahun, bagi gua yang belum pernah naik pesawat sama sekali dan langsung ke luar negri walau cuman malaysia negara tetangga tapi gua ngerasa bangga aja karena dibayarin sama kampus. Moment noraknya ketika pertama kali naik pesawat adalah gua dibikin takut temen satu tim lomba gua, katanya kalo naik pesawat itu kuping dan hidung akan sakit. Gua yang pertama kali parno nya setengah mati, nanyain terus sakit nya kaya gimana, beneran sesakit itu atau engga. Ternyata setelah naik pesawat, rasa sakit yang diceritain temen gua itu gaada, emang sengaja nakutin aja.


Gua juga parno ada cerita temen gua yang mau ke bandara tapi di tol ada kecelekaan dan jadi macet, akhirnya dia ketinggalan pesawat dan harus beli tiket lagi. Gua gamau itu kejadian dong, akhirnya tiba di bandara 4-5 jam lebih awal, seniat itu, flightnya masih malem tapi dari sore udah sampe di bandara. Padahal sebenernya ga perlu separno itu, cuman namanya masih pertama kali, tapi yang gua heran temen gua kan udah pernah naik pesawat ya, kenapa ga bilangin informasi itu ya daripada nunggu diem lama di bandara.


Lama nya nunggu pesawat waktu itu, membuat gua sadar kalo ternyata bandara itu tempat yang nyaman, mungkin karena waktu itu nunggu di terminal 3 yang flight internasional kali ya, gapaham juga gua bedanya apa sampe sekarang, karena itu cuman sekali dan pertama kali sih.


Penerbangan kedua naik pesawat, gua juga di bayarin sama tempat gua magang di sebuah startup waktu itu, penerbangan lokal dari Jakarta ke Surabaya, tapi gua berharap hidup dari bandara ke bandara sepertinya menyenangkan, walau sekarang gua masih belum punya kehidupan itu, tapi gua percaya suatu saat nanti mimpi itu akan terwujud, aamiin


0
Share
Setiap orang memiliki kisah perjalanan nya masing - masing, ada yang pendek ada yang panjang, bahkan ada juga yang sudah tidak berjalan atau jalan di tempat. Perjalanan yang gua lalui itu juga panjang, walau tidak semua waktu gua habis untuk hal yang positif dan bermanfaat. Ada kala nya gua cuman ambis menaikkan ranking dari sebuah game. Ada kala nya gua harus fokus sama karir dan hidup gua karena dompet udah mulai tipis.


Bunder Ontheway, dulu pas sekolah pernah di panggil bunder sama temen dan pingin bikin akun twitter karena penasaran sama apa itu mention. Lalu kenapa ontheway? karena bagian dari hidup adalah sebuah perjalanan, terdengar filosofi walau awalnya alasan nya juga bukan itu. Seiring perjalanan yang gua lewati gua bisa menemukan filosofi tersebut, tidak mudah, tidak sulit juga, namun bertemu di waktu yang pas aja.



Semua yang gua alami dan lewati itu tidak semudah kelihatan nya, tidak seseru cerita nya juga, tapi gua percaya selagi gua punya tujuan, gua masih punya perjalanan yang belum selesai. Mimpi gua daridulu sebenernya ingin sekali jadi penulis, walau sekarang pekerjaan gua juga nulis, walau nulis code (ngoding). 


Sampai di titik gua merasa kalau sebenernya gua pingin menjadi penulis novel atau novelis dari pada menjadi penulis code. Gua suka menulis karena ini sebagai media untuk menuangkan apa yang ada di kepala agar tidak berantakan. Kalo kalian membaca tulisan ini rasanya sangat berantakan, yah itu yang ada di pikiran gua ketika mencoba untuk menulis 100 hari tanpa konsep, dan semuanya serba instan sepulang kerja, dan gua udah merasa mengantuk tapi harus tetap menulis ini.


Padahal juga baru 4 episode yak, tapi kayak sudah lama. 


Anyway, setiap orang punya tujuan dan perjalanan nya masing - masing, jangan terlalu dibandingkan apa yang kalian lewati dengan apa yang dilewati orang lain. Kadang gua pingin menjadi sukses seperti role model gua, namun gua ternyata belum punya kemampuan untuk melakukan eksekusi dan perjuangan seperti itu. Ini merupakan salah satu media gua untuk latihan menulis dengan pressure (ekspektasi diri sendiri).


Kalo ada yang baca tolong komen pake anonim sebaiknya gua nulis apa dong, dah mulai butek nih bingung, atau kayanya gua harus bikin framework untuk menulis di minggu selanjutnya biar tidak hanya tulisan ngalor ngidul seperti ini.


Thanks yang udah baca, maap menghabiskan 3-5 menit waktu kalian WKWKWKWKWK.


0
Share
Kota Malang, terdengar menyedihkan secara makna bahasa, tapi merupakan salah satu kota ternyaman untuk bersantai. Hawanya sejuk, penduduknya ramah dan tidak menyebalkan, dan yang paling penting kota ini adalah tempat dimana gua pertama kali respawn (dilahirkan). 


Hampir 17 tahun, gua hidup di Kota Malang sampai akhirnya merantau ke kota lain yang vibesnya hampir mirip seperti kota ini. Memang menyenangkan sekali bisa hidup di kota ini, tapi justru itu yang membuat gua untuk pergi untk merantau ke kota lain. Takut terlalu nyaman, jujur itu yang gua takutkan kalo gua terlalu lama berada di Kota Malang. 


Kota Malang adalah kota yang wajib dikunjungi bagi para pecinta kuliner, karena menurut gua kulinernya banyak dan yang paling penting murah, ga kayak Jakarta lah pokoknya. Kalo di postingan sebelumnya gua bilang merasa lebih hidup di Jakarta daripada di Malang itu karena gua berpenghasilan di Jakarta, tapi kalo dengan penghasilan di Jakarta dan gua bisa tinggal di Malang kayanya itu akan jadi pilihan hidup yang menarik. 


Kota Malang juga terkenal dengan kota wisata, memang banyak sih destinasi wisata nya. Gua yang lahir di kota ini aja, belum ke semua destinasi wisata nya, apalagi alam nya. Kuliner di Kota Malang juga ga kalah enak, ini beberapa yang bisa kalian coba:

1. Rawon Pak Djenggot (Jl. Kawi) -> ini deket sama rumah nenek gua
2. Nasi Campur Kiroman (Jl. Yulius Usman) -> ini deket sama sekolah SD gua btw
3. Nasi Tempe Bacem (Sawojajar / perempatan deket stasiun kota baru)
4. Lontong Kupang (Jl. Raya Langsep)
5. Tahu Campur (gatau gua alamatnya dimana) -> tapi gua paham lokasinya kalo pas di Malang hehe


Blog pribadi gua udah kayak portal berita wisata wkwkwk, yaudahlah ya gapapa, namanya juga 100 hari nulis dengan wajib apapun yang kepikiran secara spontan. Anggap aja gua lagi latihan nulis SEO friendly, kepingin nulis teknikal (IT) cuman kayanya effortnya lebih besar untuk nulis rutin, tapi nanti kalo lagi ada waktunya di coba deh, sama kayanya gua mau coba nulis bahasa inggris di wiken.



Mau sejauh apapun kalian pergi untuk mencari uang, jangan pernah lupakan tempat kalian di lahirkan, tempat kalian dibesarkan, karena tempat itu adalah tempat yang pertama kali membentuk diri gua sampai sebesar ini secara satuan kilogram.



0
Share
Hidup di Jakarta bagi orang daerah seperti gua rasanya sudah seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Memang aneh bermimpi untuk hidup di kota yang keras, banyak kriminalitas, banyak orang susah, tapi di Jakarta bagi sebagian orang juga menjadi kota tempat mewujudkan harapan.


Core memori gua pas kecil itu membayangkan kota Jakarta adalah kota yang akan selalu hidup, kota yang akan selalu membuat para penduduknya untuk bertumbuh. Memori yang terbayangkan di memori gua karena mendengarkan cerita hidup di Jakarta dari Ibu. 




Ibu sering menceritakan bagaimana dulu dia kerja di Jakarta, sepulang kerja dia ikut kursus komputer pada saat itu era - era perpindahan dari boomer ke milenial (sepertinya). Hal lain nya adalah, ibu sering cerita kalo hampir setiap hari makan ayam Texas. Core memori gua juga inget kalo ayam Texas adalah ayam yang paling enak pada jaman nya. Gua semacam punya mimpi kalo gua kerja di Jakarta gua bisa makan ayam Texas setiap hari, karena di daerah gua tidak ada ayam Texas dan gua harus ke kota sebelah hanya untuk menikmati ayam goreng.


Setelah gua inget lucu juga ya, motivasi gua ingin hidup dan tinggal di Jakarta awalnya hanya demi makan ayam goreng yang tidak ada di kampung halaman, walaupun semakin dewasa alasan untuk ingin bekerja di Jakarta juga ikut berubah.


Jakarta adalah kota dengan penuh harapan, banyak perantau yang ke kota ini dengan harapan mereka bisa sukses demi keluarga di kampung halaman, salah satu nya adalah gua. Gua berharap benar - benar bisa sukses di Kota ini, terdengar penuh bualan memang, tapi gua percaya mimpi gua pelan - pelan akan terwujud. 

Pelan, namun pasti. Tidak secepat orang lain, tidak bisa dibandingkan juga dengan progress orang lain karena memiliki start yang berbeda. Tapi ketika pertama kali sampai di Jakarta untuk merantau, bekerja, dan mengadu nasib, gua merasa lebih hidup daripada gua berada di kampung halaman.


Gua juga merasa senang ketika beberapa kali tidak sengaja bertemu dengan teman SD atau bahkan SMP di Kota Jakarta, rasanya seperti bertemu dengan teman seperjuangan dari kampung halaman yang sama untuk bertahan hidup disini.


Semoga, nantinya banyak perantau di Kota Jakarta yang berhasil mewujudkan apa yang mereka inginkan, berhasil dengan hasil yang terbaik


0
Share
Wow, ada yang kotor tapi bukan iman. Ada yang berdebu tapi bukan kaki, ternyata blog nya udah lama ga ditulis hahaha.

Tapi seperti judulnya ini 1/100 yang ingin dicoba di sisa tahun ini untuk menulis selama setiap hari selama 100 hari, agak kurang yakin sama diri sendiri bisa mewujudkan konsistensi sepele ini, tapi mau tidak mau harus dicoba. 

Kenapa nyoba sekarang? Kan ini bisa di tahun depan, jadi nya ga genap di tahun ini.


Here's a thing, 
Kemarin sempet nemu tulisan di buku, isinya kurang lebih bilang kalo mau memulai sesuatu itu tidak harus di tahun baru. Tidak harus selalu mulai di hari senin walau hari ini senin. Tidak harus dimulai dari tanggal satu, karena itu cuman angka dan tanggal, semua itu harus dimulai dari diri sendiri.


So, here we go. Kantor Baru


Enggak, gua masih di perusahaan yang lama, perusahaan pertama gua setelah lulus kuliah, perusahaan yang membuat gua bertumbuh dan bisa mencapai beberapa goals gua, menikah salah satunya.

Cuman memang kantornya baru, sebelumnya gua ngantor 5 menit jaraknya kalo jalan kaki dari kantor yang baru, literally jalan.


Kalo kalian orang yang tinggal di Jakarta, khususnya di daerah Jakarta Barat harusnya ga asing sama foto ini dan kantor ini punya perusahaan apa.

Ada beberapa hal yang menurut gua termasuk ke dalam kategori culture shock mungkin ketika baru beberapa hari kerja di kantor baru. Salah satu nya gua baru tau kalo kerja di gedung itu lift nya antri. Menurut gua aneh aja, kalo kita mau kerja tapi antri, tapi mungkin itu filosofi nya sama kayak pengingat gua juga kalo "mau masuk kantor" itu harus antri.



Well, jujur gua suka sih sama vibes kantornya, sama ruangan yang di desain di lantai gua. Mungkin nanti akan gua bikin di tulisan selanjutnya detail ruangan yang menurut gua nyaman untuk gua kerja disitu. Salah satu yang bikin gua suka ada namanya fokus room, intinya kalo mau fokus dan gaada gangguan bisa kerja di ruangan itu, ruangan nya cuman muat satu orang aja, itu keren sih menurut gua.

Bagi gua yang gapernah kerja di gedung tingkat gua cukup kaget dengan hal - hal sepele kaya gitu. Tempat ngantor gua dulu itu kayak ada rumah ga dipake, trus dijadiin kantor, ala - ala startup gitu atau co-working space mungkin ya. Cuman tempat itu yang bikin gua bertumbuh, tempat yang penuh cerita dan kenangan di setiap sudutnya. Masih bisa buat ke kantor sana buat main, karena secara hak kayanya masih punya perusahaan tempat gua bekerja deh.

Di tempat lama itu enaknya kalo mau go food ga perlu antri naik turun lift cuman buat ambil doang, kalo misal mau mencari udara segar (ngrokok) juga ga perlu naik turun lift, tinggal keluar di bawah pohon, atau bahkan di halaman yang outdoor juga asik.

Btw, foto yang disebelah kiri itu ruang relax. Ruang yang dipakai untuk main PS nantinya (ps nya masih mau di ganti ps 5 katanya). Di sekat sebelahnya ada tempat buat tidur, kalo lagi ngerasa pusing sama kerjaan, atau buat tidur 10 - 15 menit tapi deep sleep itu oke sih.

Sebagai pekerja IT, yang kerjaan nya di depan laptop terus juga perlu tempat untuk mengistirahatkan mata sejenak, ini salah satu ruangan nya. 

Bisa ngelihat pemandangan kota jakarta, yang isinya padat penduduk dan kemacetan di jalan kota. Akhir - akhir ini juga lagi sering macet, gara - gara ada truk mogok atau nabrak di jalur busway. Lumayan menyiksa buat yang naik busway, untung gua naik motor tapi tetep macetnya masih bisa dinikmati, berusaha dinikmati lebih tepatnya.





Dari ruang relax, juga bisa liat laut sebenernya, kayak foto di sebelah ini yang udah gua zoom. Ambil foto nya gua zoom maksudnya hahaha.

Pemandangan yang gaakan bisa di dapet kalo di tempat kerja yang lama.

Emang bener sih kata orang, ketika kita mendapatkan hal baru akan ada hal lama yang hilang. Seperti pindah kantor baru, tempatnya harus naik lift, tidak segampang kantor lama, tapi dapat pemandangan laut (kalo lagi ga mendung dan ga polusi bgt).











Semuanya ada harga yang harus di bayar, apapun yang dilakukan, sama seperti nulis ini harga yang harus di bayar adalah harus di sempetin sepulang kerja walau sampe malam, tapi semoga nanti akan ada yang di dapat, walau sekarang sudah mendapatkan kebahagiaan dengan menulis postingan blog yang akhirnya tidak lagi berdebu ini.











0
Share
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Nice to Meet you

Nice to Meet you

Blog Archive

  • ▼  2024 (26)
    • ►  Desember 2024 (11)
    • ▼  November 2024 (13)
      • [13/100] Waktu Yang Tepat Untuk Memulai
      • [12/100] Hargai Dirimu Sendiri
      • [11/100] Apakah Kamu Sudah Bahagia?
      • [10/100] Kenapa Masih Berusaha?
      • [9/100] Tidak Semuanya Harus Sekarang
      • [8/100] Menangis Dalam Diam
      • [7/100] Memaafkan Diri Sendiri
      • [6/100] Tidak Mudah
      • [5/100] Dari Bandara ke Bandara
      • [4/100] Perjalanan Panjang
      • [3/100] Kota Pertama Kali Respawn
      • [2/100] Jakarta Kota Harapan
      • [1/100] Kantor Baru
    • ►  Januari 2024 (2)
  • ►  2022 (5)
    • ►  Juli 2022 (3)
    • ►  Juni 2022 (2)
  • ►  2021 (14)
    • ►  Agustus 2021 (4)
    • ►  Juni 2021 (7)
    • ►  Mei 2021 (1)
    • ►  April 2021 (2)
  • ►  2014 (6)
    • ►  Februari 2014 (5)
    • ►  Januari 2014 (1)
  • ►  2013 (5)
    • ►  Desember 2013 (2)
    • ►  November 2013 (3)

Popular Posts

  • [Review Film] Cinta Tak Seindah Drama Korea
  • [19/100] Salah Mengambil Keputusan
  • [21/100] Hasrat Mengejar Mimpi
  • [20/100] Mengakui Kesalahan
  • [22/100] Kenapa Masih Berusaha?

Page

  • About Me
  • Contact Me
  • Privacy Policy
Copyright © 2013 Bunder Ontheway

Created By ThemeXpose